PART 9

52 7 0
                                    

Seminggu pasca Grezal dan Aila resmi bercerai, kini ayah satu anak itu tengah menggandeng tangan putranya. Keduanya melangkah memasuki super market.

Sembari terus berjalan, pemuda berusia 26 tahun itu menasehati putranya. "Sa, nggak boleh ribut, nanti di marahin sama petugasnya."

"Ok," jempol Gaksa mengacung. "Tapi papa jangan lupa beliin Gaksa robot-robotan."

"Iya."

Ayah dan anak itu menuju barisan troli.

"Pa, Gaksa mau naik dalam tolirnya," pinta Gaksa yang mendapat tawa dari sang ayah.

"Troli, Sa," ralat Grezal mengangkat tubuh Gaksa ke dalam troli.

Saat ini keduanya sedang mengunjungi rak mainan. Usai memilih mainan yang Gaksa inginkan, Grezal mengajak anaknya ke rak camilan.

Beragam makanan ringan, permen, minuman, juga coklat mengisi troli. Tak lupa pula mainan berupa robot pilihan Gaksa.

Setelah di tinggal sang istri, si duda muda Grezal memang sangat memanjakan putra semata wayangnya. Ia tak ingin anaknya merasa kurang kasih sayang. Untuk itu, beberapa bulan terakhir Grezal lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Gaksa. Sebisa mungkin ia berusaha menjadi ayah sekaligus ibu untuk anaknya. Beruntung Gaksa tak banyak menuntut. Ia menjadi anak yang penurut, meski terkadang ayahnya sedikit keras dalam mendidiknya. Ia di arahkan untuk menjadi anak yang pintar, berpendirian kuat dan bertanggung jawab.

Usai mengemas belanjaannya, Grezal dan Gaksa bersiap meninggalkan super market.

Tangan kiri Grezal menggenggam plastik belanja, sementara tangan lainnya menahan tubuh Gaksa yang berada dalam gendongannya.

Di area parkir, Grezal hampir menjatuhkan plastik bawaannya tat kala netranya menemukan Aila yang hendak memasuki super market.

Bukan hanya perut yang sedikit membuncit tapi juga laki-laki yang bersama Aila membuatnya terkejut.

Semua yang terlihat, belum pernah Grezal jumpai. Pasalnya, selama proses perceraian Grezal tak pernah hadir. Kecuali di hari terakhir pemutusan hakim. Itupun dengan bertekat tak ingin melihat ke arah Aila.

"Mencitaiku? Baru seminggu bercerai, tapi perutmu sudah terisi janin," monolog Grezal tersenyum pedih.

"Pembohong! Penipu! pendusta! PENGKHIANAT!"

"Na, na, na." Tak ambil pusing akan ucapan sang ayah, Gaksa asik pada mainannya.

Di posisinya, Aila meminta sang supir untuk ikut masuk menemaninya berbelanja. "Karyo, kamu ikut masuk ya. Tolong dorongin troli saya."

Supir muda nan gagah itu tersenyum di sertai tangan yang menghormat. "Siap, mbak!" Menurunkan tangannya, Karyo mengimbuhkan. "Lagi pula mbak Aila lagi hamil, nggak boleh angkat yang berat-berat."

Aila tak membalas, ia memilih jalan lebih dulu.

Mengekori majikannya, Karyo melayangkan tanya. "Oh ya mbak, Aila. Gimana, rencana pernikahan mbak sama laki-laki yang pak Zaki pilih?"

"Saya... kayaknya nggak bisa. Kamu tahu'kan saya lagi hamil anak dari mantan suami saya. Dia masih jadi pemilik hati saya. Apalagi dalam keadaan mengandung begini, terkadang saya merindukan dia dan Gaksa."

"Jadi mbak maunya gimana?"

"Saya akan batalin pernikahan saya dengan Ifan."

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang