PART 16

38 6 0
                                    

Sesuai janjinya, Gaksa datang dengan novel berjudul 'Gravity'. Ya, sebelum menjemput Zivara di rumah, pemuda itu sudah lebih dulu mengunjungi toko bukunya. Selain untuk mengambil buku yang Zivara inginkan, sekalian ia juga mau mengontrol kinerja karyawannya.

Berdiri menjulang di depan Zivara, Gaksa menyodorkan buku dalam genggamnya. "Nih, buku yang Lo minta."

Zivara yang semula memegang selempang tasnya, berubah merekah sembari menerima novel dambaannya. "Waah, makasih kak Gaksa."

Gaksa mengangguk dengan seulas senyum, senang melihat Zivara yang matanya berbinar mengamati novel.

"Zivara simpan novelnya dulu, ya."

Gadis itu memasuki rumahnya. Sekitar 3 menitan barulah ia kembali.

Masih dengan wajah sumringah, Zivara melontarkan tanya. "Kita jadi jalan 'kan, kak?"

"Jadi," tanggap Gaksa, berbalik lalu melangkahkan kaki menuju mobil jazz kepunyaannya. Demikian dengan Zivara, kakinya ikut berayun menjejaki teras rumah dan berakhir di rerumputan, tepat di samping mobil Gaksa.

"Mau di bukain lagi pintunya?" Alis Gaksa menukik, memperhatikan Zivara yang terpaku tanpa membuka pintu mobil.

Zivara yang sudah salah duga, terkekeh canggung. "Eh, enggak. Zivara bisa sendiri. Tadi pengennya nunggu kak Gaksa masuk duluan," kilahnya kemudian.

Dalam diam, Zivara merutuki dirinya. "Ish, Zivara ngapain, sih? Ngarep banget dibukain pintu kayak biasanya."

"Percaya sama gue, Var. Setelah ini, Lo nggak akan digangguin lagi dengan syarat jadi pacarnya Gaksa." Ucapan Nada tempo hari, kembali terngiang. Mengingatkan Zivara pada niatnya.

"Zivara harus jadi pacarnya kak Gaksa." Batin Zivara dengan sorot yang menembus kaca mobil dan terpusat pada Gaksa.

"Masuk, Var." Gaksa membukakan pintu dari dalam.

"Eh, eh. Iya."

(灬º‿º灬)

Sesampainya mereka di tujuan, Zivara tak menyia-nyiakan pemandangan indah di depan sana. Dia dengan tergesa mengabadikan hamparan laut menggunakan ponselnya.

Kebetulan sekali, di hari libur ini Gaksa mengajaknya jalan dan ternyata mereka mengunjungi pantai yang sudah lama ingin ia sambangi.

Semilir angin disertai suara deburan ombak membuatnya tak sabaran dan lekas keluar dari mobil. Ia kemudian berlari menuju bibir pantai. Pagi yang cerah membuatnya tak perlu repot untuk menghindari sinar matahari.

Sepatunya menginjak pasir yang sedikit basah. Tangannya membentang, merasakan angin yang menerpa kulitnya.

"Hhaa, sejuknya."

Segaris senyum terpatri di wajah Gaksa, memperhatikan punggung yang berjarak sedikit jauh darinya.

"Kak Gaksa, sini." Zivara menghadap Gaksa dengan tangan melambai.

Menuruti ajakan nona-nya, Gaksa berjalan lurus ke arah Zivara. "Mau foto?"

"Iya." Zivara menyerahkan ponselnya.

Mengambil alih ponsel Zivara, Gaksa mundur beberapa langkah. "Mulai ya. Satu, dua, tiga."

Bukannya senang, Zivara justru memberenggut, membuat hasil jepretan Gaksa tak maksimal.

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang