EXTRA PART

89 5 0
                                    

Setelah dipersunting oleh Arey Gaksana Muzadi beberapa bulan lalu, kini Zivara Aghnaf Givananta tengah berbahagia menikmati masa kehamilannya yang penuh dengan drama.

Sama halnya dengan Zivara, Nada pun turut gembira atas kabar kehamilan pertamanya dan Sang Sahabat yang hanya selisih dua minggu.

"Ih, curang. Aku yang nikah lebih awal, tapi kamu yang bunting duluan." Nada berceloteh di tengah perjalanan mereka yang hendak memasuki kantor Gaksa.

"Hm, gitu deh. Zivara juga nggak tau, kok bayinya bisa cepet jadi." Zivara terkekeh, lalu mengelus perutnya yang mulai membuncit.

"Helo, gue di sini. Bisa nggak, sih, jangan bahas anak? Gue belum nikah, kan berabe kalau gue ngebet hamilin anak orang," celetuk Dodo, berjalan di belakang keduanya bak ajudan.

"Itu juga dua kecoak, dikira gue nggak ada perkejaan apa, ampe nyuruh-nyuruh gue jadi bodyguard buat bininya?" lanjutnya mendumel.

""Ya nggak pa-pa dong, Kak Dodo. Kan Kakak udah tajir melintir. Cabang usaha di mana-mana. Sayangnya masih jones, ups!" olok Zivara, berpura-pura membekap mulutnya.

Dodo balik melayangkan lirikan sengit. "Lama-lama lo ngeselin juga ya, kayak Gaksa."

"Ya makanya Kak Dodo buruan cari pendamping." Nada menimpali. "Nikah itu enak tau, Kak."

"Ya gue juga mau. Tapi gimana mau dapat jodoh kalau tiap hari kerjaan gue cuma buntutin kalian berdua?" Dodo beralih, menunjuk dua karyawati yang sedang memperhatikan mereka. "Noh, liat. Mereka pasti ngira gue hamilin dua cewek sekaligus."

Memasuki lift bersama, gelak tawa Zivara dan Nada mengudara. "Zivara enggak, ya. Mereka tau Zivara istri dari pemilik perusahaan ini."

"Bae-bae masuknya. Gue nggak tanggung, ya, kalau kalian kenapa-kenapa." Dodo mengarahkan kedua bumil itu agar berdiri tepat di tengah lift.

"Wah, Kak Dodo udah cocok jadi suami." Nada menyanjung dengan diselingi senyum tipis.

"Iya." Zivara mengangguk setuju. "Suamiable deh pokoknya Kak Dodo ini."

Dengan angkuh, Dodo mengibas kerah jasnya. "Woiyah. Kan- eh, eh."

Mendadak, suasana berganti mencekam saat lift tiba-tiba terguncang dan membuat Dodo terhuyung ke belakang hingga menempel di dinding.

"Duh, duh, ini kenapa? Astaga!" Nada histeris, merasa tubuhnya terombang-ambing. Memejamkan mata, ia merengkuh perutnya, ketakutan.

"Jangan banyak gerak, liftnya macet. Nada tenang." Dodo mendekati Nada, berniat memeluknya, namun urung karena teringat Zivara.

"Zivara! Zivara! Zivara lo di mana?" Dodo memekik karena tak menemukan Zivara di tempatnya.

"Di sini," jawab Zivara, duduk meringkuk di pojok lift. Sesekali bibirnya bergerak, ia bersenandung lirih, menyanyikan sebuah lagu.

Melihat itu, Nada dan Dodo saling bertukar pandang. "Zivara, kamu kok jongkok di situ? Kamu nggak takut?" tanya Nada yang diangguki Dodo.

Zivara mendonggak. "Enggak. Kan Kak Gaksa udah janji, dia nggak bakal biarin Zivara sama anaknya kenapa-napa." Matanya mengerjap lugu.

"Demi apa? Ini kita-" Ucapan Dodo terpenggal ketika pintu lift dibuka secara paksa. Detik selanjutnya, Gaksa menerobos masuk dengan tergesa-gesa.

"Zivara, Zivara, kamu nggak pa-pa?" Peluh keringat membanjiri wajah Gaksa yang pias. Sorotnya memindai Zivara dari atas hingga bawah.

"Ada yang sakit? Di mana? Tunjukkin," tuntutnya terlampau cemas.

"Enggak, Zivara nggak kenapa-napa. Kan ada baby yang jagain Zivara." Zivara mengulas senyum sembari menyeka buliran kering yang membasahi wajah Gaksa.

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang