PART 11

38 7 0
                                    

Sepasang muda mudi jalan beriringan di tengah keramaian pelajar. Di tatap menghunus, Zivara menunduk takut. Bukan hanya satu, tapi ada lebih pasang mata yang terpusat padanya.

Seolah mengerti akan kerisihan yang dialami Zivara, Gaksa mengedarkan tatapan sengitnya. "Enyah b*ngsat!"

"Kak Gaksa," peringat Zivara mempelototi.

"Bosss," celetuk Dodo dari arah belakang yang sedang berlari.

Ogi sendiri berjalan santai dengan langkah wibawanya. Tak lupa tas punggung yang sengaja ia sampir di pundak kanan. Menggambarkan betapa mempesona dan memikatnya pemuda yang satu itu.

"Hy kak Dodo," sapa Zivara sesaat setelah Dodo tiba.

"Hy juga, Var." Dodo membalas dengan lambaian. "Wah udah sembuh nih. Gimana keadaan, lo?"

Gadis berponi itu sedikit membentangkan lengan sembari melirik tubuhnya. "Nih, Zivara baik-baik aja."

Kali ini Dodo yang dibuat keheranan. "Eng, maksudnya-"

"Taik! Handphone gue," potong Ogi.

"Nih, nih." Dengan frontal, Dodo menyerahkan gawai Ogi, membuat pemuda yang di serangnya merasa kesal lalu mengumpat pelan. "Makanya utang itu dibayar. Heran gue, tajir tapi nggak modal cuma buat beli kuota game. Elahhh."

Bersikap abai, Ogi berlalu pergi. Menyusul Zivara dan Gaksa, ia menyisahkan makhluk yang terus mengoceh tanpa memperhatikan keadaan sekitar.

"Anju!" Hardik Dodo menyadari ketertinggalannya.

"Apa lo?!" Semprotnya pada salah seorang siswa yang cekikikan.

💙💙💙

Melangkah bersama, Gaksa mengantarkan Zivara hingga memasuki kelas.

"Gue tinggal ya, Var. Istirahat nanti gue jemput. Jangan makan di kantin kalau enggak bareng gue," ucap Gaksa.

"Siap!" Seru Zivara mengambil posisi duduk.

Diekori Ogi, Gaksa melenggang pergi. Keduanya kembali menyusuri koridor menuju kelasnya. Perjalan mereka di selingi obrolan mengenai basket.

Tak lama setelah dua siswa itu pergi, Nada muncul di balik pintu. Ia terlihat lemah dengan mata sayu diiringi jalan yang sempoyongan.

Melihat hal itu, Zivara bangkit. Ia menggeser kursinya, mendekat pada Nada yang baru saja menempati bangku.

"Nada kenapa?" Tanya Zivara khawatir.

"Nggak, gue nggak pa-pa," jawab Nada menampilkan senyum paksa.

"Yakin? Nada kayaknya sakit deh."

Nada membatin, "iya, gue emang sakit. Dan itu karena lo."

"Serius, gue nggak pa-pa," katanya berbohong.

"Oh iya, Var. Maaf ya, gue nggak pernah jengukin lo di rumah sakit. Gue sibuk soalnya." Sengaja Nada mengalihkan pembicaraan.

"Nggak pa-pa. Toh sekarang Zivara udah sembuh kok."

Nada mengangguk paham. "Mmm, Var. Hubungan lo sama kak Januar, gimana? Dia nanyain lo terus, loh? Bahkan, dia juga nggak sekolah selama lo cuti."

Zivara memalingkan wajah. "Nggak, Zivara nggak ada hubungan apa-apa sama dia."

"Ah, masa sih? Curiga gue," pancing Nada. "Kayaknya dia ada feeling sama lo. Nggak mungkin juga 'kan dia sepeduli itu kalau nggak ada maksud tertentu."

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang