PART 30 (END)

117 8 4
                                    

Dua minggu terlewati. Setelah resmi menyandang status baru, kini Ogi dan Nada tampak menempati meja yang sama dengan Zivara juga Dodo, terkecuali Gaksa.

Rencananya, mereka berniat menghabiskan waktu bersama, perdana sesudah Ogi dan Nada menikah.

Masing-masing mulai memesan hidangan. Tapi tidak dengan Zivara yang celingak-celinguk memperhatikan area luar cafe, seperti sedang menanti kehadiran seseorang.

Lehernya mulai terasa pegal. Ia pun menunduk, memilin jemarinya guna menetralisir gugup yang melanda.

Hari ini, Zivara sudah bertekad untuk menerima tawaran Gaksa yang tempo hari sudah ia tolak.

Mengabaikan kebisingan di sekelilingnya, Zivara malah hanyut dalam lamunan, mengingat-ingat tingkah aneh Gaksa yang belakangan ini acap kali menemuinya.

Flashback on

Usai pertemuan mereka yang berakhir dengan tertolaknya Gaksa, lelaki itu justru kian gencar menemui Zivara dengan membawa beragam camilan.

Zivara masih ingat. Saat itu, seketika sekantong makanan ringan menempel di depannya ketika Gaksa menyerahkannya dengan terburu-buru. "Habisin."

Tak habis akal. Di hari yang berbeda, Lagi-lagi Gaksa mendatanginya hanya untuk memberinya es-krim. "Nih."

Zivara mencebik, kesal karena es-krim itu menempel di wajahnya. Salah Gaksa yang enggan melihatnya barang sedikit. Setelah pemberiannya diterima, lelaki berpakaian formal itu lekas melenggang tanpa pamit.

"Ambil!" titah Gaksa, menyodorkan sebuket bunga. Hal itu ia lakukan di hari berikutnya.

Belum sempat Zivara menerimanya, bunga itu sudah lebih dulu menyentuh tanah karena Gaksa melepasnya. Ia lantas terbirit-birit menjauhi Zivara.

Dua hari sebelum berlangsungnya pernikahan Ogi dan Nada, penampakkan Gaksa kembali menyapa penglihatan Zivara.

"Terima." Gaksa menyerahkan sebatang cokelat. Zivara menerimanya dengan senang hati. Ia berniat membaca surat yang terselip di kemasan cokelat itu, tapi secepat kilat Gaksa merebutnya dan menyobeknya menjadi beberapa bagian. "Suratnya ... Sobek. Yaudah, makan cokelatnya, aja."

"Novel keluaran terbaru." Gaksa meletakkan satu novel di meja, menginterupsi Zivara yang sedang menikmati sepiring kue di acara Ogi dan Nada.

Zivara melihatnya, dan langsung tertarik dengan cincin yang tersemat di antara buku.

"Cincinnya cantik," kata Zivara, hendak mengambil cincin itu, tapi kalah cepat dari Gaksa.

"Iya, cincin nyokap. Maaf nyelip," ucap Gaksa beralibi. Meski begitu, Zivara memercayainya. "Yaudah, baca aja bukunya. Aku mau balik, nyetor cincin titipan."

Kali terakhir, waktu itu Gaksa menyambanginya di rumah Nada. "Var, untuk terakhir kalinya aku tanya. Will you marry me? Jawabannya, iya atau tidak?" Gaksa terlihat buru-buru. Ia bahkan menolak tawaran Zivara yang mengajaknya untuk masuk.

Zivara meringis mendengar kalimat itu. "Kak-"

"Ok. Anggap aja, jawabannya tidak." Tak butuh waktu lama, Gaksa berbalik, ia melangkah pergi dengan kekecewaan yang terpancar jelas di matanya.

Zivara menatap punggung tegap itu dengan perasaan gamang. Selepas hari itu, Gaksa tak pernah terlihat lagi.

Flashback off

"Var, Zivara!" panggil Nada dengan tangan melambai.

"Eh, iya kenapa?" tanya Zivara, tersentak dari lamunannya.

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang