PART 25

50 6 0
                                    

Grezal terus membuntuti wanita itu walau sudah tertinggal jauh. Kaki yang terasa kebas tak menjadi penghalang baginya untuk tetap berlari.

"Aila!" panggilnya sekali lagi, mengabaikan orang di sekelilingnya yang menampilkan tatapan aneh.

Tak mengindahkan teriakan di belakangnya, sosok itu lekas memasuki taksi sebelum Grezal menyamainya.

"Arrggg, sial!" umpat Grezal, memukul udara secara asal.

Dengan segera ia berlari ke arah kendaraannya. Masuk dengan terburu-buru, kemudian memberi titahan pada sang supir. "Ikuti taksi itu."

Mengangguk sekali, supir tersebut langsung menjalankan mobil.

Meski mobil sudah melaju, Grezal tetap saja gelisah. Beberapa kali ia memukul punggung kursi yang sedang ditempati supirnya.

"Lebih kebut!" desaknya yang kesekian.

Memasuki persimpangan jalan, Grezal terperangkap di lampu merah, sementara taksi yang dibuntutinya berhasil meloloskan diri.

"Arrrrggg." Lagi-lagi Grezal menggeram sembari mengacak rambutnya, frustrasi.

"Dasar nggak becus!" sarkasnya. 

"Minggir, biar saya yang bawa," lanjutnya, melangkah turun dari mobil.

Setelah keduanya bertukar posisi, lampu hijau akhirnya terlihat. Bersamaan dengan itu, Grezal langsung tancap gas, mengendarai mobilnya dengan laju yang kencang.

Di bangku belakang, sang supir dibuat bergidik melihat cara Grezal yang kesetanan dalam mengemudi. Sesekali ia mengelus dada tatkala Grezal nyaris bersenggolan dengan pengendara lain.

Senyum tersungging di bibir Grezal, melihat taksi dengan plat yang sama, sedang menepi di bahu jalan. Tak lama, sosok yang diincarnya pun keluar.

Grezal kian merekah setelah ia turun dari mobilnya dan lekas menuju wanita itu. Tak ingin kehilangan sosok itu lagi, Grezal mengambil langkah seribu dengan berlari di trotoar.

"Aila berhenti!"

"Aila, kita perlu bicara."

Grezal hampir kehabisan napas karena berlari sambil berteriak. Namun wanita itu masih mengabaikannya dengan terus melangkah seolah tak mendengar apapun.

"Jika kamu pergi, maka sekali lagi ...," Jeda sejenak. "...Kamu kehilangan Gaksa," ujarnya, berharap hal itu akan menghentikan Aila. Tapi nihil, Aila masih tetap berjalan lurus ke depan.

"Aila!" serunya, berhasil meraih lengan Aila.

"Ada apa, ya, Mas?"

Grezal terbelalak ketika wanita itu berbalik menghadapnya. Dan yang didapatnya bukanlah Aila melainkan wanita yang dikisar berusia seperempat abad.

Perlahan, ia menarik tangannya. "Maaf, saya salah orang."

Tak mempermasalahkan perbuatan Grezal, wanita itu mengundurkan diri setelah menyimpul senyum.

ʕ·ᴥ·ʔ

Seorang wanita mengedarkan pandangan, mengamati keadaan di luar cafe yang masih tampak melalui dinding kaca, guna mewaspadai kehadiran Grezal.

Dirasa cukup aman, wanita itu memutuskan bangkit sesudah meletakkan biaya makannya di meja.

Tak lupa, ia juga merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena melepas cardigan yang tadi ia berikan kepada orang lain untuk mengelabui Grezal.

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang