PART 20

29 6 0
                                    

"Nada!" Sapa Zivara dengan suara nyaring. Ia muncul dari balik pilar, bermaksud mengagetkan Nada yang terlampau fokus pada ponselnya.

"Hm," sambut Nada, mengantongi ponselnya.

"Yok ke kelas, ada yang pengen gue tanyain," tambahnya merangkul Zivara dan menggiring gadis itu menuju kelas.

Zivara yang tubuhnya agak terseok-seok, menatap sahabatnya heran. "Nanya apa?"

"Soal kemarin di kantin."

Zivara menghentikan langkahnya, menghadap Nada dengan dahi mengernyit. "Kemarin? Di kantin?"

"Iya." Nada membelalak. "Apa Lo belum tahu? Satu sekolah heboh karena ternyata Lo udah jadian sama kak Gaksa."

Tubuh Nada condong ke depan dengan bahu merendah. "Lo ya, sahabat sendiri nggak di kasih tahu."

"Maaf, Nad. Zivara nggak enak mau cerita, Nada 'kan lagi sibuk."

"Bukan cuma itu," sanggah Nada, sedikit membentak. "Lo juga keluar dari rumah sakit tanpa ngabarin gue."

"Iya, salah Zivara banyak." Zivara menunduk, nada bicaranya menyiratkan penyesalan. "Maafin Zivara ya, Nad." Pundaknya bergetar, ia seperti ingin menangis.

Merasa kasihan, Nada memeluk sahabatnya itu. "Udah, ah nggak usah cengeng. Gue nggak mau ya di marahin kak Gaksa karna bikin pacarnya mewek." Ditariknya dagu sang sahabat dan kemudian menggerakkan jarinya untuk menghapus jejak air mata di pipi Zivara.

"Lo jelek, tahu nggak?" Ia memoles senyum agar Zivara berhenti dari tangisnya.

"Udah dong nangisnya," katanya lagi, merapikan tata letak pita yang Zivara kenakan di rambut.

"Ayo ke kelas, di sana Lo bebas mau ngejelasin apa aja."

Zivara mengangguk, masih dengan air mata yang menggenangi pelupuknya.

Melebarkan senyum, keduanya bergandengan menuju kelas.

꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡

Dodo tak banyak bicara. Kini ia hanya bisa tertunduk malu karena mukanya yang di penuhi lebam hasil karya Ogi kemarin.

"Wih, udah jadi samsak Lo sekarang?" Olok Gaksa, menampilkan seringai.

"Diem Lo!" Bentak Dodo. "Shhh," rintihnya, merasakan perih di area pipi.

"Dan Lo ...," Lanjutnya menunjuk wajah Ogi. "... Lo di tungguin sama kakak gue di rumah."

Ogi menoleh Dodo dengan mata melotot. "Lo ngelaporin gue ke kakak Lo yang tentara itu?"

"Bukan gue tapi mami." Sangkal Dodo, sesekali mengelus memar di wajahnya. "Siap-siap deh Lo jadi amukan keluarga gue."

"Mampus deh, gue." Ogi menepuk jidat dengan muka piasnya.

"Yaudah, deh. Gue bisa apa?" Sambungnya pasrah lalu merogoh saku celana dan mengeluarkan ponsel.

Tak jauh berbeda dengan Dodo, Zivara juga ikut meringis melihat tonjolan keunguan di muka seniornya itu.

"Sakit ya, kak Dodo? Mau Zivara obatin?" Tawar Zivara, antara gemas dan prihatin.

"Hah? Enggak, nggak usah. Ntar gue di kira nusuk teman dari belakang lagi," balas Dodo, melirik Gaksa di akhir kalimatnya.

Merasa dirinya di sindir, Gaksa hanya merespon dengan dengusan pelan seraya memutar mata jengah.

Nada yang sibuk pada gawainya karena sedari tadi menerima pesan, akhirnya mendonggak. Menatap satu persatu orang di depannya, ia angkat bicara. "Mm, kayaknya gue nggak jadi makan deh. Soalnya ada urusan mendadak."

WINSOME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang