11. bolos [revisi]

1.5K 301 23
                                    

Votement!!
.
.
.


"Bang,"

Yang di panggil menoleh

"Kenapa?"

"Gak ada niatan kasih kesempatan buat Alen? lagian itu bukan salah dia. Itu udah takdir yang maha kuasa." Jelas Luna menekan kata takdir

Leo menghela nafas lelah
Menepikan mobil sementara

"Lo udah tau alasan gue kan?"  Matanya menatap Luna tajam

Luna meneguk salivanya

Luna paham jika Leo sudah  berkata lo-gue artinya saat ini Leo dalam mode marah.

Tapi kali ini dirinya dengan berani menatap tajam balik Leo.

"Gue tau alasan Lo! Tapi emang bener kan yang gue bilang? Ini udah takdir, Lo gak bisa mencegah. Alen gak salah, disini gak ada yang salah! Semuanya udah ada yang atur." Sekarang Luna ikutan meredam emosi

Leo terdiam sejenak

"Sadar bang! Jangan nyalahin Alen terus. Gue gak mau Lo nyesel nanti!" Mata Luna sudah berkaca-kaca

Leo kembali mengemudikan mobilnya

"Bang! Gue mau semua saudara-saudara gue kumpul lagi. Gue kangen yang kayak dulu lagi." Lirih Luna

...

"Duh mampus!" Alen panik

"Apa lari aja ya?" Gumamnya sambil menunduk

Alen sedikit mendongak takut-takut apa orang itu beneran ke arah dia buat mencaci maki balik atau bagaimana?

Makin Deket

Makin Deket banget

Brummm

Alen dibuat diam sambil menatap motor yang baru saja melewatinya

Duh, malunya!

Ke ge-eran sih.

"Duh malunya." Katanya sambil menepuk-nepuk pipinya pelan

Alen melihat orang tersebut memakai jaket hitam bertuliskan 'D' warna merah juga dengan tambahan sepeti ada  gambar  tetesan  darahnya di belakangnya

"Tapi gak papa, gak ada yang tau juga." Lanjutannya

"Gak tau apa?"

Alen tersentak kaget
Menoleh kebelakang ternyata....

"Farel, ngagetin tau!"

Farel mengangkat kedua bahunya tak peduli

"Ngapain Lo disini! Apartemen lo kan-" mulut farel di bungkam dengan tangan Alen

"Bacot banget lu sumpah."

"Gue cuman nanya doang elah. Hmmm...lo udah balik kerumah Len?" Tanya farel dengan mata disipit-sipitkan

ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang