Happy Reading
Masih nunggu kan?
....
Sadari tadi terlihat seorang pemuda sedang uring-uringan di atas kasurnya.
"Mereka gak tau perasaan gue saat itu."
"Gue gak bisa," menggeleng dengan wajah kusutnya
"Sial," Leo mengacak rambutnya
"Ada apa bang? tumbenan banget kumpul begini tapi gak ngajak luna?" Tanya Leo penasaran dengan kakak pertamanya.
Gibran berdehem
"Gue rasa luna gak perlu ikut," matanya bersibobok dengan dua pasang mata adik-adiknya.
Kevan menaikkan sebelah alisnya, Gibran yang tidak mau mereka kebingungan walaupun sadari tadi kevan dan Leo sudah bingung.
"Karena ini salah satu permintaan luna ke gue," tarik nafas "Gue mau kita bertiga ralat maksud gue lu berdua coba untuk berdamai dengan masa lalu. Karena gue sudah mencoba berdamai sejak gue selalu mikirin kedepannya, berharap semua yang selalu gue pikiran gak terjadi di kenyataan. "
"Tunggu-tunggu maksudnya berdamai dengan masa lalu itu-"
"Iya," potong Gibran mengangguk
Kevan yang sejak tadi diam kini angkat bicara
"Lo kenapa bang? gak kerusakan kan? Maksud gue dulu lo yang selalu ngelarang buat berdamai dengan masa lalu?" terlihat alis kevan mengerut heran.
Gibran menghela nafas pelan
"Iya dulu gue gak mikirin kedepannya gimana? Tapi sekarang gue bener-bener nyesel, gue mau semuanya kayak dulu walaupun tanpa orang tua."
"Kalau masalah itu gue sudah dari dulu damai walau keliatan banget gue cuek seakan gak ada Alen di depan mata gue." Jelasnya
Gibran tersenyum tipis mendengar penuturan kevan lalu matanya menatap Leo yang jelas sekali wajahnya yang suram.
"Leo?"
Leo mendengus kasar saat namanya di panggil sang kakak
"Gue belum bisa, mungkin gak akan pernah bisa."
Gibran sudah tau jawaban adiknya yang satu ini akan susah.
"Alen sudah terpukul lama Leo," ucap Gibran lembut mencoba untuk memberi pengertian
"Bang lo ingat gak kejadian itu? Tepat tiga hari sebelum kecelakaan terjadi?"
Gibran paham betul maksud Leo bahkan kevan hanya menghela nafas.
"Jangan kekanakan Leo," Leo mengalihkan tatapannya dari Gibran ke Kevan.
"Kekanakan lo bilang?" Leo berdecih
"Tau gak gimana rasanya waktu lo pengen nunjukkin sesuatu yang membanggakan ke ortu waktu mereka mau pulang kerumah? gue yang denger waktu mereka mau balik kerumah setelah gue menang olim seneng banget, gue maklumin mereka gak bisa dampingin gue waktu lomba karena mereka juga sibuk, dan yang dampingin gue malah bang Gibran it's oke. Tapi bukanya pulang kerumah malah mereka pulang ke rumah abadi." Nafas Leo memburu juga menahan cairan bening yang ingin jatuh.
"Leo-" Gibran ingin mengatakan sesuatu namun Leo beranjak pergi ke lantai atas di mana kamar nya berada.
"Arghhhhh," Leo frustasi dengan pikirannya antara ingin berdamai atau tidak.
Tok tok tok
"Bang Leo kenapa?" Leo mendongak menatap pintu kamarnya yang tertutup.
"Gak ada apa-apa Luna, ini udah malam gih tidur jangan begadang." Ucapnya dengan suara serak
Hening beberapa detik
"Oh oke bang Luna tidur," Setelah tidak ada suara di depan pintu kamarnya Leo terkekeh gemas dengan tingkah adiknya tapi air mata yang dari tadi ia tahan menetes perlahan.
Menangis dalam diam atau menangis dengan senyum kusutnya.
...
"Jangan terlalu dipikirkan bang, Leo nanti gue yang urus."
Gibran mengangguk lemah
"Kasih dia pengertian pelan-pelan, tau kan Leo gimana?"
Kevan terkekeh pelan
"Dia adek gue bang, gue tau banget sifatnya yang itu."
Gibran ikut terkekeh
"Sekarang lo tidur tenangin pikiran jangan terlalu stress, biar besok gue yang hendel perusahaan lo istirahat di rumah." Kevan beranjak dari duduknya dan menepuk pundak kakaknya pelan.
Gibran hanya bisa mengangguk "makasih, lo emang adek gue." Dengan jahil Gibran mengusak rambut kevan dimana membuat kevan melotot horor.
"Gue bukan anak kecil apa lagi cewek yang di gituin,"
"Tapi bagi gue lo sama adek-adek gue yang lain tetep anak kecil di mata gue, yang harus benar-benar gue jaga. Walaupun Alen-"
Kevan memeluk tubuh bongsor Gibran yang mana membuat Gibran ingin menangis tapi ia tahan. Jarang sekali mereka berdua berpelukan saling menguatkan satu sama lain.
"Gue beruntung banget punya abang kayak lo, padahal lo sendiri juga butuh pendukung buat hati lo yang rapuh. Lo udah jadi yang terbaik jadi abang sekaligus sosok orang tua buat kita."
......
TBC
Votement ya!
Aku up agak cepet kan?
Minggu, 08 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEN
Ficção Adolescente[SELESAI] "Sekali lagi Lo bikin Bella celaka! lo bakal nyesel." Ucap zevan penuh penekanan. Lalu pergi sambil menarik Bella menjauh dari area kolam renang. Alen menatap kepergian mereka dengan tatapan yang rumit. Sampai akhirnya matanya berkaca-kaca...