.
.
....
"Mau kemana lo?" dengan wajah datar menatap punggung cewek yang ingin beranjak pergi.Vana berdesis sinis
"Pulang lah,"
Zevan tertawa terbahak-bahak
"Urusan kita belum selesai." tekannya
Vana berbalik badan menghadap sosok lelaki menyebalkan di depannya sekarang.
Menaikkan sebelah alisnya, "bagian mana yang belum selesai?" Vana mendekatkan wajahnya dengan wajah zevan.
Nafas hangat menyapu permukaan wajah Zevan. "Gue punya penawaran buat lo." Kali ini Zevan lebih mendekatkan wajahnya sampai hidung mereka bergesakan jangan lupakan senyuman miringnya.
Sontak Vana menjauhkan wajahnya dari Zevan.
Vana berdehem. "Penawaran?"
Zevan menegakkan badannya kembali
"Penawaran yang saling menguntungkan satu sama lain mungkin?" Zevan dengan wajah menyebalkan memiringkan kepalanya menatap setiap jengkal wajah Vana.
Mengeryit bingung dengan penasaran. "Apa?"
"Lo berusaha keras buat hubungan Arga dengan Bella rusak?" Tanya Zevan meski sudah tau jawabannya.
Terkejut? Tidak vana tidak terkejut karena dia tau arah pembicaraannya
Dengan santai Vana mengangguk
"Kalau begitu kita teman, Lo tau maksud gue kan?"
Tentu
"Oke."
Senyum miring terbit di bibir Zevan yang di ikuti Vana.
"Kita bicarakan nanti permainannya. Lo tau ig gue kan?"
"Tentu gue tau lo salah satu anak fomous."
Zevan mengangguk mengiyakan "kalau begitu dm gue bisa?"
Vana mengangguk. Lalu mereka berdua berbalik berlawanan arah meninggalkan satu sama lain.
...
"Kenapa?"
Kevan menggeleng
Bella menatap wajah Kevan lempeng. Sadari tadi Kevan ketahuan menatapnya, ditanya kenapa? Selalu jawabannya menggeleng.
Mereka berdua duduk di taman sebelah gedung tinggi perusahaan orang tua Kevan yang sekarang dipimpin oleh Gibran.
Ya! Akhir-akhir ini hubungan mereka bisa dikatakan cukup baik karena di saat-saat awal mereka berdua saling acuh. Kedekatan mereka dikarenakan pertemanan bisnis keluarga Bella dan Kevin.
"Gimana kabar Luna?"
"Baik, lo kangen sama Luna?"
"Iya," jawabnya tersenyum kecut
"Ya udah kalo kangen kerumah aja." Dengan senyum lembut Kevan mengusak rambut Bella membuat sang empunya mendengus, lalu kevan terkekeh.
"Oke kapan-kapan aku kesana."
Kevan mengangguk lalu menatap langit biru di atas
"Lo tau gak?"
"Enggak," Jawab kevan masih menatap langit
"Luna mirip seseorang yang bikin gue selalu merasa bersalah."
Tak ada jawaban dari kevan, mungkin saking dekatnya mereka kevan sampai tau harus bersikap apa ketika Bella mulai berceloteh menyuarakan isi hatinya.
"Dan ada beberapa bagian wajahnya yang mirip banget sama Luna," Bella terkekeh pelan ketika mengingat beberapa ekspresi mantan temannya.
"Nyesel banget gue bikin dia kecewa, bikin dia nangis. Saking bodohnya gue, gue...." dadanya mulai sesak
"Gue ngambil cowok yang dia suka...terus gue bikin dia hampir celaka karena cowo yang dia suka."
Kini kevan menoleh ketika mendengar isakan kecil disebelahnya.
Matanya bertemu dengan mata berair milik Bella
Entah keberanian dari mana kevan memeluk tubuh kecil Bella Di dalam dekapannya mengelus lembut rambut bella berniat menenangkan.
"Gue jahat ya van?" Katanya tersendat-sendat
Kevan hanya diam tidak tau harus berkomentar apa
"Iya gue jahat banget, bikin dia sakit hati walaupun kita udah baikan tapi rasanya pertemanan kita gak kayak dulu."
"Gakpapa yang lalu biarin berlalu." Kevan melepaskan pelukannya menatap bella yang juga kini menatapnya balik.
"Karena kita juga manusia biasa yang bisa kapan saja buat kesalahan."
Bella mengangguk lali mengusap hidungnya pelan.
"Makasih,"
Kevan tersenyum lalu mengusap kepala Bella dengan sayang.
...
TBC
Gak jelas banget dah ceritanya
Btw vote ye
Selasa, 27 juli 2021
Revisi: Kamis, 19 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEN
Teen Fiction[SELESAI] "Sekali lagi Lo bikin Bella celaka! lo bakal nyesel." Ucap zevan penuh penekanan. Lalu pergi sambil menarik Bella menjauh dari area kolam renang. Alen menatap kepergian mereka dengan tatapan yang rumit. Sampai akhirnya matanya berkaca-kaca...