12. Lelah [revisi]

1.6K 301 11
                                    

Votement!

*
*
*


Alen menghempaskan tubuhnya di atas kasur kesayangannya.
Tiga hari penuh dengan cacian makian juga tatapan sinis dan tajam sudah dirinya rasakan.

Alen menghela nafas lelah.
Dengan teganya mereka bertiga menyuruh Alen pulang ke apartemennya tapi bisa dikatakan mengusir Alen. Di waktu yang sudah hampir tengah malam.

Oke gak masalah dirinya di usir setidaknya antar Alen pulang dengan selamat sampai apartemen. Tapi ini? Ck...ck...gak ada otak.

Syukur-syukur Alen saat berjalan kaki sambil membawa tas yang berat dan juga besar tidak mengalami adegan-adegan seperti di film-film. Contohnya seperti bertemu penjahat atau hantu.

Luna? Tentu Luna tidak tau ketika Alen di usir. Luna tentu sudah tidur di jam-jam tersebut.

Alen menatap langit-langit kamarnya, mengingat sedikit kejadian dirinya di usir.

Saat itu Alen terlelap tidur karena sudah larut malam.

Tak lama terdengar bunyi grusak-grusuk menganggu tidur Alen.

Dengan terpaksa Alen membuka matanya.

Betapa terkejutnya Alen menatap ketiga kakak laki-lakinya berada didalam kamarnya.

"Kalian ngapain?" Tanya Alen sambil mengucek matanya masih tidak percaya.

Hening

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Alen.

Tentu Alen menatap ketiganya bingung, sekali lagi Alen bertanya.

"Ada apa bang?"

Kali ini dijawab namun ucapannya tak terduga.

"Bisa lo pulang ke apartemen Lo malam ini?" Kevano dengan wajah datarnya.

Kini Alen yang dibuat diam.

Gak salah denger kan? Batin Alen

"A-apa bang Alen gak salah denger kan?"

"Lo gak salah denger." Alen menatap Leo tepat di matanya. Alen melihat disana, ditatapan Leo ada guratan kebencian.

"Perlu gue ulangi? lo bisa malam ini pulang ke tempat lo? maksud gue ke apartemen lo." Ulang Kevano

"Tapi ini udah malam bang? Nanti pagi juga Alen bakalan balik lagi ke apartemen."

"Gak bisa! Malam ini juga lo harus pulang."

"Kenapa? Kenapa harus malam-malam? Alen takut bang." Mata Alen sudah berkaca-kaca.

"Gak usah manja Len, lo tinggal balik aja susah." Ketus Leo

Gibran masih diam sambil menatap Alen dalam.

Alen menoleh ke arah Gibran menatapnya sambil memohon. Alen menatap Gibran seolah berkata 'bang, Alen mohon jangan nyuruh Alen pulang malam-malam begini'.

Tapi Gibran mengacuhkan tatapan Alen. Gibran membuang muka.

"Harus banget Alen pulang ke apartemen malam-malam begini." Kata Alen berusaha tenang.

"Iya harus." Kevano berkata tajam.

"Kasih tau Alen alasannya!" Kata Alen tak kalah tajam. Dirinya sudah muak diperlakukan seperti ini.

"Gak perlu alesan buat nyuruh lo pulang! Gue yakin lo udah tau alasannya." Kini Leo yang berkata sinis

Huuhhh....saat ini Alen ingin sekali meneriaki juga mencaci maki mereka tapi dirinya juga takut akan konsekuensinya.

Dirinya takut makin tidak ada kesempatan untuk dimaafkan.

Tahan Alen jangan nangis. Kata Alen didalam hati menyemangati dirinya sendiri.

Jangan terlihat lemah dihadapan mereka. Itulah prinsip Alen walau terkadang juga sering menangis dihadapan mereka.

Alen tentu tau alasannya, sesuai perjanjiannya dengan Leo saat di apartemen.

Alen menginap dirumah selama tiga hari untuk memenuhi permintaan Luna pada Leo yang merindukan dirinya.

Sakit hati? Itu sudah pasti.
Alen kira Leo menyuruh Alen pulang kerumah memang benar-benar disuruh pulang untuk memperbaiki hubungan mereka, tapi semuanya hanya angan-angan Alen saja.

Kesepakatan Alen dan Leo adalah ketika Alen sudah menginap selama tiga hari. Alen pulang jangan sampai ketahuan. Alen menyetujuinya karena dirinya juga merindukan sosok saudara kembarnya.

Tapi jangan disuruh balik malam hari juga. Alen bisa pulang saat pagi hari kan bisa!

Dengan hati terpaksa Alen mengalah dari pada harus berdebat.

Alen menghembuskan nafas berat lalu mengiyakan permintaan ketiga kakaknya.












...

TBC


Jum'at, 26 Maret 2021
Revisi : Jum'at, 13 Agustus 2021



ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang