.
.
........
Alen menghembuskan nafasnya pelan
Merasakan badannya yang terasa remuk karena terus berjalan kaki."Semua gara-gara Arga," Alen menendang batu kecil yang menghadang jalanan.
"Lupa apa gimana? Gue di biarin nunggu sampe karatan."
Alen terus saja menggerutu kadang juga menyumpah serampahi oknum yang bernama Arga.
"Sialan emang,"
Ting
Alen merogoh saku lalu mengecek ponselnya. Dahinya mengerut bingung mendapati notifikasi orang yang tidak dikenal.
Dirinya sedikit terkejut pesan yang di kirim orang asing tersebut adalah photo Arga dan Bella yang sedang berboncengan.
Apakah Alen merasakan sesuatu? tentu saja, Alen sendiri juga tidak tau dengan perasaannya.
Bibirnya seketika memberengut kesal antara kesal dengan si pengirim yang tidak dia kenal atau mungkin karena melihat photo yang baru saja dia lihat?
Segera Alen simpan ponselnya kembali dan tetap fokus berjalan kaki.
Tapi yang namanya Alen gak bisa fokus kalau ada yang menggangu pikirannya.
"Emang gue siapa? gue gak ada hak sama sekali buat ngelarang? Bella juga kan pacar dia." Omelnya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak-gak, apa banget pikiran gue?"
"Boleh gak sih gue suka sama cowok orang?"
"Boleh,..." Menoleh kesamping Alen terkejut kenapa tiba-tiba ada orang di sampingnya?
"Boleh banget," dengan senyum tanpa dosa menatap Alen.
"Vana."
"Iya gue Vana, mau rebut cowoknya siapa?"
Pertanyaan bodoh macam apa ini? Pikir Alen
Alen menggeleng cepat
"Ih gue kepo padahal,"
Alen berjalan cepat lebih tepatnya berlari menuju halte buss yang tak jauh letaknya dan kebetulan sedang ada pengendara motor seperti ojek berhenti.
"Hey! Alen jangan lari, lo belum jawab pertanyaan gue."
"Bang ayok jalan," Alen langsung merebut helm dan duduk di belakang.
"Cepet bang." Alen agak panik
"Iya-iya neng."
Alen menghembuskan nafas lega. Menurut Alen Vana itu lama-lama keliatan serem kayak orang gila gitu.
Sedangkan di tempat Vana berdiri dia tertawa pelan seperti baru saja menikmati pertunjukkan.
...
"Mau kumasakin sesuatu?" Tanya Bella
"Emang kamu bisa masak?" Tanya Arga balik
Bella sedikit merenung sejenak kemudian menggeleng.
Arga menghembuskan nafasnya pelan
"Ya udah pesan goofood aja." Bella mengangguk setuju lalu duduk di meja makan berhadapan dengan Arga.
Susana sedikit tegang karena perdebatan singkat tadi di depan pintu.
Bella mempermasalahkan soal kerenggangan hubungan mereka lalu menyenggol nama Alen sebagai oknum ketiga.
Bella menyebut Alen karena sering melihat kedekatan mereka akhir-akhir ini, mungkin kalau saja tidak ada nomor asing yang mengirim pesan dan photo mereka berdua? Bella tidak akan pernah tau.
Apa ini yang dirasakan Alen dulu? Pikir Bella
Sampai akhirnya Bella tersadar dari lamunannya karena suara Bell rumah.
"Ambil gih makanannya biar gue yang nyiapan piringnya."
Bella menurut saja
Dibukanya pintu besar itu bukanya makanan yang dia dapat malah mendapati sepucuk surat di lantai.
Tangan lentiknya mengambil surat itu saat ingin membukanya pengantar makanan datang.
segera Bella ambil tak lupa menyimpan suratnya tadi di saku bajunya biar dirumah saja nanti ia baca.
"Makasih pak."
"Iya sama-sama."
Setelah mengambil makanan Bella masuk kedalam rumah dan menaruh di meja makan.
Arga yang sejak tadi sudah ada, dirinya dan juga Bella langsung memakan makanan masing-masing, hanya suara dentingan sendok yang mendominasi suasana.
***
TBCSenin, 21 Juni 2021
Revisi: Selasa, 17 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEN
Ficção Adolescente[SELESAI] "Sekali lagi Lo bikin Bella celaka! lo bakal nyesel." Ucap zevan penuh penekanan. Lalu pergi sambil menarik Bella menjauh dari area kolam renang. Alen menatap kepergian mereka dengan tatapan yang rumit. Sampai akhirnya matanya berkaca-kaca...