41. Putus

540 111 4
                                    

Happy Reading

_______________________

"Alen tolong matiin kompornya."

"Siap,"

Malam adalah waktu yang bagus untuk kumpul-kumpul dengan keluarga atau sanak saudara contohnya mereka berlima yang sudah tidak ada jadwal atau pekerjaan yang bisa menganggu waktu mereka.

Alen yang sedang memotong buah-buahan, Luna yang sedang berkutat dengan masakannya, Gibran yang sibuk membuat minuman, dan kevan bersama Leo asik mengipasi jagung bakar di halaman belakang rumah.

"Jagung lo dibalik noh ntar gosong."

"Iye," jawab Leo malas

Sedangkan di dapur

"Akhirnya selesai juga masakannya." Luna yang menatap berbinar tataan berbagai macam jenis makanan di atas meja.

"Malam ini gue bakalan kenyang banget makan." Ucap Alen berdiri di sebelah Luna.

Luna melirik Alen sekilas. "Emang lo kemaren-kemaren makan gak kenyang?"

"Gak kayaknya," jawab Alen asal.

"Udah jangan debat dulu, mending bantuin dua abang kalian yang payah itu di belakang. Dari tadi gak selesai-selesai ngebakarnya."

"Halah kayak situ gak payah aja." Sindir Kevan yang datang dari arah belakang di iringi Leo dengan wajah kotor mereka terkena arang dan mentega.

Tak menggubris sindiran Kevan. "Itu muka kenapa pada cemong?" Tanya Gibran

"Tau tuh cecunguk ini yang mulai duluan," tunjuk Leo pada Kevan.

Kevan melotot tidak terima Leo memanggilnya dengan sebutan 'cecunguk' "Yang sopan lo sama abang sendiri."

"Nye nye nye," olok Leo

"Awas lu,"

Alen dan luna hanya terkekeh kecil sedangkan Gibran menatap jengah keduanya.

"Yuk lah makan udah laper nih perut Luna."

"Kuy lah gass," dengan semangat yang membara Alen dan Luna duduk di meja makan dengan tatapan tak sabar ingin menyantap.

"Ngapain ngeliatin kita? Ayok makan, gak laper tuh perut?"

Gibran, Kevan, dan Leo akhirnya ikut bergabung dengan si kembar lalu makan bersama tak lupa sebelumnya untuk mencuci tangan dan berdoa.

***

Bella yang masih berjuang mempertahankan hubungannya dan Arga yang semakin ingin menjauh dan memutuskan hubungan membuat keadaan hati Bella sedih.

Disinalah mereka berdua berdiri saling berhadapan dengan tatapan keduanya yang mengartikan jelas sekali bertolak belakang.

"Arga aku gak mau," cicit Bella. "Aku gak mau."

Arga menghela nafas tak tega juga sebenarnya.

Dengan lembut Arga menghapus air mata yang mengalir di wajah cantik Bella.

Bella mendongak menatap Arga. "Disini seharusnya gue yang marah bukan lo yang malah bikin gue sedih dan kecewa. Seharusnya lo bisa nyangkal tentang photo itu bukannya malah bilang minta putus. Dulu lo bilang lo sayang sama gue gak bakalan nyakitin gue? Gak ngecewain gue? Tapi apa lo sendiri yang bikin gue kecewa? Lo sendiri yang nyakitin gue."

"Maaf kalo gue bikin lo sakit dan kecewa Bella, tapi lo harus tau satu hal."

Arga menatap dalam manik berair Bella. "Lo duluan yang bikin gue kecewa."

"Maksudnya?" Terlihat jelas kerutan bingung di dahi sang empu.

"Sebelum lo tau photo itu gue udah duluan tau photo lo sama cowok lain, bukan sekali dua kali gue dapet photo lo berdua tapi sering. Andai gue gak pernah ada orang asing yang ngasih photo-photo itu mungkin gue gak bakalan ngambil keputusan kayak gini."

"Photo? Berdua?"

"Pasti lo kaget, sama kok gue juga kaget. Bukan cuman lo yang dapat kiriman photo dan pesan orang asing gue sendiri juga dapet. Bukan cuman photo gue juga pernah liat lo jalan bareng cowok yang persis kayak di photo itu." Jelas Arga

"Boleh gue liat photonya?"

Arga mengangguk lalu merogoh kantung celananya dan memberikan handphone nya pada Bella.

Mata Bella membulat terkejut. "Ini...ini kan Kevan." Gumamnya kecil

"Oh Kevan namannya." Ucap Arga

"Gue sama dia cuman temen."

"Sama kok gue sama Alen juga temen bukan yang kayak lo bilang kemaren."

"Gak! Alen emang orang ketiga di hubungan kita Arga. Kamu pasti dihasut dia kan?" Air mata yang tadinya sudah mulai mereda sekarang kembali mengalir deras.

Arga menghela nafas pelan. "Bella stop bilang Alen ini itu dia gak tau apa-apa."

Dengan pelan Arga merengkuh lembut Bella kedalam pelukannya. Bagaimana pun Bella adalah perempuan yang pernah mengisi hatinya.

"Jadi Bella," suara isakan tangis yang teredam di dadanya semakin keras. "Lebih baik kita udahan aja, gue yakin pasti ada cowok yang lebih baik dari gue yang bisa bikin lo bahagia."

"Tapi-" Arga melepas pelukannya

"Sekali lagi gue minta maaf Bella, ini keputusan yang tepat buat kita berdua. Mulai sekarang kita resmi gak ada hubungan apa-apa selain cuman sebagai teman."

Bella hanya bisa menunduk dalam, tidak ada lagi yang bisa dilakukannya selain menerima permintaan Arga.

"Sekarang lo pulang gue antar sampai depan apartemen," Arga melihat jam tangannya. "Udah hampir larut malam gak baik lama-lama diluar, dingin."



***
TBC

Rabu, 15 Januari 2021

ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang