47. Darah

410 71 8
                                    

HAPPY READING
_____________________
VOTE & COMMENT
JANGAN LUPA BESTIEE!
__________________________/

Alen menceritakan kembali cerita yang di ceritakan Sila di masa lalu, bahwa orang yang telah membunuh anak bungsu mereka adalah orang tuanya. Juga meminta maaf dengan tulus atas nama orang tuanya yang sudah meninggal dunia.

Alen mendongak menatap eskpresi apa yang akan di keluarkan ayah Sila. Harap-harap beliau bisa memaafkan kesalahan orang tuanya di masa lalu.

"Kalian keluarga busuk. Menyembunyikan kesalahan dengan membungkam orang-orang dengan harta kalian."

Ayah sila menatap Alen tajam yang tengah setengah bersujud di kakinya. Tanpa perasaan ayah sila melepaskan nampan yang ia bawa berisikan air teh panas di atas kepala Alen.

Brak

Alen berjengit kaget ketika merasakan rasa sakit di kepalanya di tambah bagian kepalanya yang terkena air panas.

Pecahan kaca memenuhi lantai rumah. Darah mengalir deras dari pelipis Alen.

Gibran mengepalkan tangannya. "ALEN!" dengan tangan bergetar, Gibran mengusap pelipis Alen yang berdarah. Sedangkan ayah sila menjauh pergi kebelakang rumah.

Leo dengan marah berjalan mendekati ayah Sila bersiap untuk mendorong tubuh tua itu tapi Sila lebih dulu menghalangi memukul tengkuk Leo.

Luna berteriak marah dengan apa yang dilakukan Sila. Tanpa aba-aba Luna menarik rambut Sila bringas begitu juga dengan Sila yang melawan balik.

Kevan berdiam diri menatap satu-satu saudaranya. Melihat Alen yang berdarah-darah di pelipis, Gibran yang menangis bercampur panik berusaha menghentikan pendarahan luka di pelipis adiknya, Leo yang tergeletak pingsan di lantai, dan Luna yang bertengkar dengan sila saling menjambak rambut.

Ibu Sila terdiam berdiri di tempat yang sama dengan kevan. Mendengar semua kara yang keluar dari mulut Alen.

"Hiks...anakku Adira." lirihnya memegang dadanya yang sakit.

Kevan menghampiri ibu Sila. Menatap sendu wanita tua dihadapannya.

"Maafkan kami semua disini tante, maafkan orang tua saya yang tidak sengaja membunuh anak bungsu kalian."

Saat Kevan ingin memeluk sosok ibu itu, terdengar teriakan penuh ancaman yang keluar dari bibir ayah sila dengan membawa pisau di tangannya.

"JAUHKAN TANGAN DOSA KAMU DARI TUBUH ISTRI SAYA!" ayah sila mengampiri istrinya.

Alen menoleh kearah mereka. "Bang gibran tolongin bang kevan."

Gibran mengernyit tidak paham maksud adiknya. Di tengah perasaam panik ia tidak bisa memahami situasi.

"Kamu mau kemana? duduk aja."

Tidak memperdulikan raut tanya dan gelisah Gibran, Alen sekuat tenaga berdiri dari duduknya dan berlari melindungj kevan dari benda tajam itu.

"KAMU AKAN SAYA BUNUH SEPERTI ORANG TUA KAMU YANG MEMBUNUH ANAK SAYA." Ayah sila berlari dengan tergesa sambil menodongkan pisaunya kedepan.

Kevan melotot terkejut ketika tubuhnya di dorong oleh seseorang.

"ALEN!" histeris Gibran dengan tubuh bergetar tidak sanggup menolong adiknya yang di tikam berkali-kali di tubuhnya dengan pisau.

Luna dengan sekuat tenaga mendorong kuat tubuh sila lalu memukul tengkuknya agar pingsan. Air matanya mengalir deras menatap saudara kembarnya yang bersimbah darah lalu memeluknya erat dengan tangisan.

Kevan menahan tubuh ayah sila setelah berhasil menghentikan aksinya menusuk-nusuk tubuh Alen. Pisau tajam itu juga tidak tau kemana karena sudah kevan tendang ke sembarang arah.

"Bang! Cepet telpon polisi!" teriak kevan menyadarkan abangnya yang terduduk lemas di lantai menatap kosong Alen yang sudah tak sadarkan diri di pelukan kembarannya.

Brakk

Pintu rumah terbuka kencang. Ternyata ada beberapa warga yang mendatangi kediaman keluarga Sila mungkin karena curiga.

"Ada ap-Astagfirullah y Allah!" Salah satu warga memekik melihat darah berceceran dimana-mana.

Warga lain pun ikut terkejut.

"LEPASIN SAYA!" kevan kewalahan menahan tubuh ayah sila yang memberontak. Tapi untungnya sekarang bantuan sudah datang dari warga sekitar, menahan ayah sila menunggu kedatangan polisi.

Gibran membawa Alen dan Leo kerumah sakit terdekat di temani luna. Sedangkan kevan memilih tinggal sebentar untuk mengurus masalah yang baru saja terjadi.

Di dalam hatinya ia berdoa semoga kedua adiknya tidak kenapa-kenapa. Terutama Alen.



******
TBC

Rabu, 16 februari 2022




ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang