24. Menginap [revisi]

1.1K 202 6
                                    

.

.

.

Luna melepaskan bekapannya di mulut Andini

Cuihh

"Pait anjim."

Tidak memperdulikan Andini, Luna menatap farel dari atas sampai bawah.

Farel sendiri menaikkan sebelah alisnya

"Lo satu sekolah sama Alen?" tanya Luna to the point

Farel mengangguk

"Tau dimana Alen tinggal?"

Sekarang farel merasa bingung. Haruskah ia jawab atau tidak?

Kasih tau gak ya? Kalo gue kasih tau entar Alen marah. Eh...tapi kan dia gak tau juga kalau gue yang bilang ke Luna? Kasih tau ajalah udah gedeg gue liat drama ikan terbang. Pikir farel

"Tau dong."

"Dimana?"

"Tapi ada syaratnya, mau gak?"

Tanpa pikir panjang Luna menyetujuinya

"Oke."

"Bantuin gue nyari tau hubungan Alen sama cowok yang Lo liat tadi. Deal?"

"Deal."

Farel tersenyum puas

"Jadi? Alen tinggal dimana?"

"Di apartemen *****"

"Oke thanks."

"Bentar, gak nanya Alen sekolah dimana?"

Luna menggeleng. "Gue tau sekolah Lo."

Farel hanya ber oh-ria

"An, yok pulang!" Katanya sambil menarik pergelangan tangan Andini.

"Wokey." Andini menoleh kebelakang di mana ada farel yang menatap mereka berdua. "Dadah btw tq ngab."

Farel sengaja memasang muka songongnya

Andini berdecak kesal.

...

"Ember banget sih lo!"

"Ya elah lun, farel nya juga gak tau maksud gue tadi."

"Tau dari mana lo?"

"Gue kan cenayang."

"Sini in pipi Lo biar gue kasih hadiah."

Andini nyengir

"Kalem bro kalem. Gini gue kasih tau, farel itu orangnya suka ngelag, bisa diliat dari aura-aura mukanya."

"Cih! Juleha ngadi-ngadi."

"Duhh! Dikasih tau malah ngeyel."

"Iya deh iyain. Besok mau ikut gak ke sekolah Alen?"

"Mau dong! Disana banyak cogan soalnya."

"Cogan terus pikiran Lo."

"Lumayan cuci mata."

Luna memutar bola matanya malas.

...

Pukul 20:00

Alen menaiki tangga menuju kamar Arga

Sampai di depan kamar, Alen mengetuk pintu kamarnya.

"Gue pulang dulu. Makan malam udah siap di meja makan."

Setelah mengatakan itu Alen beranjak turun ke lantai bawah bersiap untuk pulang. Sebelum dirinya turun ke lantai satu,, pintur terbuka.

Ceklek

"Ayok gue anterin."

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri! Lagian muka Lo pucat tau gak?"

"Ya udah Lo gak boleh pulang."

"Lah-"

"Tidur disini."

"Gak-"

"Gak usah takut, Gue gak bakal ngapa-ngapain Lo!"

"Tapi kan-"

"Atau gue kurangin gajihnya?" Farel tersenyum miring.

"Oke." Dengan muka dongkol Alen iya kan saja dari pada gajihnya dikurangin.

Farel tersenyum puas

"Ini uangnya sesuai perjanjian satu hari Rp 500.000."

"Iya makasih. Gue tidur dimana?"

"Dikamar gue." Dengan tampang tidak berdosa Arga berkata sangat enteng.

Alen melotot

"Bercanda Alen santai aja kali itu mukanya."

"Lo kalo sakit sama aja rese."

"Terus maunya kalo aku sakit gimana? Mau yang kalem-kalem manja?" Goda Arga.

Buukk

Alen melempar tasnya ke arah Arga namun ditangkap dengan gampang.

Arga menenteng tas Alen sambil terkekeh walaupun mukanya lagi pucat.

"Lo tidur di sebelah kamar gue." Katanya sambil melangkah maju pelan-pelan kedepan Alen.

Jantung Alen merasa teranjam? Deg-degan.

Napas hangat Arga menerpa di samping wajahnya lebih tepatnya di telinga.

"Mandi gih lo bau." Bisik Arga di telinga Alen

Jujur Alen dibuat merinding namun juga kesal.

Dengan kesal Alen berjalan sambil menghentakkan kakinya.

Arga tersenyum tipis.



Maaf lahir batin ya :') 🙏

Kamis, 13 Mei 2021
R

evisi: Selasa, 17 Agustus 2021

ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang