36. Peduli?

760 174 25
                                    

Hargai penulis!

Vote sama komen kalian berarti buat penulis.

***


Leo termenung setelah melihat video di dalam handphone-nya.

Perasaan tidak suka muncul ketika orang-orang menggunjing adiknya, dengan mengatakan hal-hal yang tidak senonoh masuk ke dalam telinga.

Kini dirinya berada di dalam toilet meninggalkan teman-temannya yang masih berada di kantin.

Bugh

Tangannya menghantam dinding toilet dengan raut wajah geram, walaupun orang-orang tidak tau bahwa yang didalam video tersebut adalah salah satu adiknya, walaupun Leo tidak suka dengan adiknya yang itu tapi namanya seorang kakak akan merasa marah jika saudaranya di perlakukan seperti itu.

"Sialan! Alen lo- Ck goblok." Umpatnya frustasi

Menyugar rambutnya. "Gue harap itu gak bener len, bilang itu cuman editan." Lirihnya

Setelah itu Leo keluar dari dalam toilet berjalan menuju kantin dan menemui teman-temannya.

"Muka lo kusut banget," celetuk Reza

Leo mendengus kasar, moodnya saat ini sangat buruk.

"Gak bosen apa lo nonton itu video?" Tanya Leo jengkel

"Ngak, lagian nih ya kita-kita lagi meneliti muka ni cewek," menunjuk video yang sedang di putar di gawai Erik. "Mirip banget sama Luna....adek lo." Kata Reza pelan di akhir kalimat.

Rahang Leo semakin mengeras. Reza yang melihat itu kelabakan. "Gue bukannya nuduh Luna bro, gue cuman bilang mirip."

Dika yang melihat Reza kelabakan begitu tertawa. "Sumpah komuk lo za hahaha..."

Reza mendelik tidak suka pada Dika

Sedangkan Leo mengupat di dalam hati karena baru sadar jika wajah Luna dan Alen sama, baru menyadari kalau mereka berdua kembar.

"Luna gak kayak gitu." Katanya dingin dan datar membuat orang yang mendengarnya paham jika Leo sedang dalam mode menahan amarah.

Reza, Dika, Erik, dan Gean terdiam.

Oh kalian harus tau? jika Leo marah akan sangat berakibat buruk. Tidak pandang itu teman atau siapa jika sudah membuatnya marah. Leo akan membabi buta pukulan nya menghantam tubuh dan wajah kepada target.

"Bang Leo." Panggil Luna dari jauh namun masih terdengar oleh Leo dan teman-temannya.

Leo menoleh kebelakang menatap Luna, tau jika Luna ingin mengatakan sesuatu dirinya berdiri dari duduknya dan mendatangi adiknya.

"Kenapa?" Tanya Leo ketika sudah dibhadapan sang adik.

"Luna mau ngomong sama abang tapi ngomongnya bukan disini."

Leo mengangguk menuruti permintaan Luna

...

Malam di mana Alen dan Anna melakukan penyelidikan atau lebih tepatnya mencari bukti untuk membersihkan nama baik Alen dan menangkap dalangnya.

Sebelum video tersebut tersebar semakin luas. Tapi Alen tidak yakin akan berani masuk kesekolah besok.

Takut jika dirinya dirudung alias di bullying

Di bully itu tidak enak teman. Jika tidak kuat, mental kalian akan terganggu.

"Stop!" Pekik Alen ketika menemukan sesuatu yang janggal.

Anna mengpause putaran rekaman cctv di komputer

"Zoom bagian ini mba,"

Anna menuruti permintaan Alen, tangannya menekan tombol zoom.

"Curiga sama ni orang dari tadi Alen perhatiin gerak-geriknya gak beres."

Anna tidak banyak berkomentar karena dirinya juga yakin akan tersangka yg di curigai.

...

Malam dimana Luna dan Leo bertukar pendapat tentang video tersebut, menebak kemungkinan besar apa yang terjadi pada Alen.

"Gue rasa itu jebakan bang,"

Leo mengangguk menyetujui. "Gue juga rasa gitu."

"Diliat juga video itu mereka gak ciuman."

Luna menatap jengah Leo yang sedang memutar video itu berkali-kali dengan layar cerah seperti cahaya ilahi.

Seperti masih tidak percaya akan pernyataan Luna, kalau saja Leo tidak ngeyel.

"Pengambilan video itu salah posisi yang ngerugiin Alen bang, kalau aja ini orang ngambil posisi yang lain pasti gak kayak video ini."

"Akhh gue gak tau lun, mata gue perih."

Luna menatap malas pada Leo. "Gimana gak perih? Itu layar hape terang banget." Celetuknya

Leo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Udahlah pokoknya kita cari tau besok siapa yang pertama kali nyebarin video ini. Abang tanya sama Erik siapa yang ngasih dia video itu? Luna juga nanti tanya sama temennya Andin."

Leo hanya menganggukkan kepalanya. "Iya, sekarang lo balik sono ke kamar sendiri gue mau tidur, kepala gue pusing banget."

"Ck, iya." Setelah itu Luna beranjak dari duduknya berjalan keluar dari kamar Leo menuju kamarnya sendiri.

Langkah demi langkah untuk mencapi ke pintu masuk kamarnya dengan bibir yang melengkung ke atas karena senang ternyata Leo masih peduli dengan Alen walaupun Luna yakin abangnya yang satu itu tidak sadar. Yang terpenting Luna yakin suatu saat nanti keadaan keluarganya akan lebih indah setelah melewati banyak rintangan.

Luna juga mengetahui akan pernyataan di mana Gibran dan Kevan membicarakan ingin memperbaiki keharmonisan antar saudara dan berdamai dengan masa lalu. Senang bukan main Luna rasakan saat itu, tidak sabar menunggu momen dimana orang didalam rumah besar ini akan lengkap walaupun tanpa orang tua lagi.

"Len, mereka bertiga masih peduli sama lo." Lirihnya pelan.

.

...

TBC

Senin, 20 september 2021




ARLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang