.
.
....
Setelah keributan tadi terjadi tidak lama pesta berjalan dengan lancar. Semua orang menikmatinya, mungkin?
Alen dan farel sudah berpisah tidak lagi saling bergandengan tangan. Farel yang sedang berkumpul dengan temannya begitu juga Alen.
"Permisi,"
Alen dan teman-temannya menoleh
"Iya, kenapa?"
"Yang namanya Alen mana?"
Alen mengernyit "Gue," jawabnya sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Lo di cari sama seseorang."
"Siapa? Dimana?"
"Gue gak tau juga siapa," katanya sambil mengangkat bahu "dia nunggu di sana." Lanjutnya sambil menunjuk.
"Oh...oke makasi,"
"Sama-sama,"
Setelah orang tersebut menjauh, Alen menoleh ke arah teman-temannya.
"Gue permisi ya,"
Teman-temannya mengangguk
Kakinya melangkah ke tempat yang ditunjukkan orang tadi.
Tempatnya jauh dari keramaian hanya ada beberapa orang saja itu juga jika diperhatikan mereka sedang pacaran.
Menghela nafas pelan
Matanya melirik kesana-kemari berharap orang yang menyuruhnya ketempat ini segera menghampirinya.
Pukk
Alen terlonjak kaget.
"Hahaha...lucu banget kagetnya,"
Tawanya tidak asing ditelinganya, berbalik badan mengetahui siapa pelaku yang menepuk pundaknya sampai kaget.
"Ihh...rese banget lo, untung gue gak ada penyakit jantungan."
"Maaf atuh kembaranku sayang,"
"Najis biasa juga kita vc an."
Mereka berdua memang sudah bertukar nomor telepon, berwal dari luna yang memaksa farel memberikannya nomor Alen.
"Vc an juga jarang tau," luna mengerucutkan bibirnya. "Lagian lo gak kangen apa sama gue?" Lanjutnya.
Alen terkekeh. "kangen dong," tangannya terangkat lalu memeluk tubuh kembarannya.
Luna membalas pelukan Alen.
Cukup lama mereka berpelukan lalu Alen dengan pelan melepaskan pelukannya.
"Gak ketahuan singa?"
Wajah luna langsung tertekuk
"Makanya gue nyuruh lo ditempat agak sepi begini biar tuh orang gak mergokin kita."
"Gue sebenarnya pengen pulang," kata Alen tiba-tiba dengan tatapan lesu
Luna yang mendengar kata 'pulang' dari mulut cukup membuat hati luna senang.
"Ya udah ayok pulang, gak usah dengerin mereka kalo lu jadi pulang. Anggap yang dirumah itu cuman kita berdua."
Alen menonjok pipi Luna pelan dengan jari telunjuknya.
"Gak segampang itu buat pura-pura gak dengerin omongan mereka, karena nyatanya gue gak budeg." Kekehnya.
Luna menghela nafas pelan
"Kalo gue ikut lo gimana?"
Alen mengernyit tak paham "maksudnya?"
"Maksudnya gue ikut tinggal bareng lo di apartemen."
"Jangan ngada-ngada ya! Gak boleh lo tetap harus di rumah."
"Ck, dirumah isinya laki semua mana sibuk masing-masing lagi."
"Kasian,"
"Dih kek anjing,"
"Heh omongan nya."
"Maap dehh,"
Alen mengangguk
Hening
"Ehem," Alen berdehem
Seolah paham kalo Alen mau cerita, Luna berkata
"Kenapa?"
"Beberapa hari yang lalu bang gjbran sama gue gak sengaja ketemu."
Luna melotot, "Dia ada ngomong kasar sama lo?"
"Ngak,"
Luna membuang nafas lega
"Gue sama bang gibran ngomong-ngomong sebentar, lo tau apa yang dibicarain bang gibran?"
Luna menggeleng "apa?"
"Dia bikin gue kaget, dia ngomong sama gue dengan nada lirih terus-terusan minta maaf."
"WHAT!!"
"Anjir muncrat,"
"Aduh sorry." Luna mengusap bibirnya pelan. "Seriusan itu bang gibran? Mungkin itu jelmaan kali, gak mungkin banget bang gibran begitu."
Alen mengangguk. "Tapi dia memang bang gibran. Gue tau dia itu orangnya sensi nya bikin orang istigfar. Makanya gue kaget waktu dia bilang maaf." Kekehnya
Luna ikutan terkekeh. "Syukur deh kalau dia sadar."
"Lo mau tau gak apa yang bikin gue bener-bener kaget?"
"Apa?"
Alen mendongak, matanya mengisyaratkan akan kebahagian.
"Dia nyuruh gue pulang waktu itu, tapi gue tolak karena belum siap. Gue menghargai permintaannya. Waktu itu dia bilang minta gue pulang pake acara nangis, gue kan jadi ikutan nangis." Sendunya
"Cengeng banget lo malah ikutan nangis, dan kenapa juga lo belum siap? Apa karena Kevan sama Leo?"
"Menurut lo?"
"...."
.......
TBC
Kamis, 15 juli 2021
Revisi: Kamis, 19 Agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEN
Teen Fiction[SELESAI] "Sekali lagi Lo bikin Bella celaka! lo bakal nyesel." Ucap zevan penuh penekanan. Lalu pergi sambil menarik Bella menjauh dari area kolam renang. Alen menatap kepergian mereka dengan tatapan yang rumit. Sampai akhirnya matanya berkaca-kaca...