Vote dan komen ^^
Makasih_________
Di ruang tengah tepatnya ruang keluarga di mana mereka berlima beekumpul. Membicarakan masalah di sekolah tempat Alen belajar setelah mendengar sebuah fakta yang tidak terduga.
Mereka tidak mengira kalau kedua orang tuanya pernah melakukan tindakan yang merugikan orang lain bahkan sangat fatal.
"Besok kita pergi di kediaman Sila,"
Alen mengangguk menyetujui perkataan Gibran.
"Kita apa bakalan tetap lapor ke polisi karena udah ngerusak nama baik Alen? Belum lagi masalah om Arya yang ternyata kerja sama sama sila?" Luna melirik Alen lalu kembali menatap Gibran.
"Masalah om Arya biar gue yang urus," ucap Kevan datar masih tidak menyangka bahwa keluarga yang ia sebut paman telah berkhianat karena terobsesi dengan harta mendiang ayahnya.
"Alen rasa gak perlu lapor ke polisi, Alen mau semua masalah ini selesai dengan cara kekeluargaan. Sila cuman perlu maaf dari kita dengan tulus dan mungkin kita bakal bantu ekonomi dia sama keluarga sebagai permintaan maaf walau Alen tau itu gak sepadan sama kehilangan nyawa adiknya." jelas Alen panjang.
Leo mengusap surai Alen dengan lembut lalu menatap kakak tertuanya yang sedang menatap Alen. "Gue setuju sama pendapat Alen."
"Ya udah Luna setuju juga." ucap Luna yang sebenarnya agak tidak terima tapi ya sudahlah, dirinya hanya bisa menghela nafas pelan.
Gibran mengangguk
***
Sila berjalan tidak peduli di karidor sekolah dan lebih memilih mengabaikan tatapan berbagai macam dari mereka.
Setelah kemarin membuat satu sekolah heboh karena ternyata ia orang di balik masalah itu, dan juga mungkin membuat Alen beserta saudaranya yang lain terkejut saat mengetahui fakta yang di sembunyikan orang tuanya.
Ia dengan santai berjalan menuju kantin di mana ia bekerja sebagai penjaga stand makanan milik sekolah.
Sila bersyukur karena dia bisa sekolah sambil mencari uang bermaksud mengurangi beban ayahnya yang bekerja keras di luar sana.
"Pagi bi imah," panggilnya pada salah satu pegawai stand nya.
"Pagi juga anak cantik." Jawab bi imah sambil tersenyum hangat.
"Ini biar Sila aja bi, bibi istirahat aja dulu maaf Sila telat tadi masih ngerjain tugas."
"Gakpapa kok, kalo gitu bibi tinggal ya? mau cuci piring dulu."
Sila mengangguk tersenyum lalu bertugas melayani pesanan pesanan anak sekolah yang semakin banyak karena waktunya istirahat.
***
Alen menatap Sila dalam diam
Di kepalanya memikirkan berbagai kemungkinan nanti saat ia dan saudaranya meminta maaf dengan keluarga Sila, apa mereka akan memaafkannya atau malah sebaliknya?
Alen hanya takut andai kata kedua orang tuanya di alam sana dihantui rasa bersalah terus menerus ketika masih hidup.
"Ngeliatin apa?"
Alen mengernyit ketika ada orang yang tanpa izin itu duduk di hadapanya dan seoalah mereka sudah saling kenal.
"Lo gak kenal gue ya?" tanyanya
Alen menggeleng ragu-ragu
"Oke kita kenalan secara resmi," tanganya ia ulurkan yang mau tidak mau harus Alen balas. "Gue Vana, mantan kakak lo Kevan."
"Huh?" Alen menarik tangannya kembali.
Orang yang menyebut dirinya bernama Vana itu tersenyum. "Keyvana Kenzie mantan pacar kakak lo Kevan Antaleo Adli. Lo harus berterima kasih sama gue karena ternyata gue tanpa sengaja banyak bantu lo." ucapnya membuat Alen bingung.
"Kenapa gue harus terima kasih? Dan lagi terus kalo lo mantan pacar abang gue, gue harus apa?"
"Karena gue duduk disini mau minta imbalan yang sepadan."
Alen menukik tajam, gadis di depannya terlalu berbelit-belit untuk otak Alen yang lambat. "Jangan berbelit-belit. Jelasin apa maksud lo meminta imbalan karena setau gue lo gak ada bantu apa-apa bahkan kita bar--oh gue inget ternyata ini bukan pertemuan yang pertama tapi tetap aja lo orang asing bagi gue."
Vana mengaduk minumannya dengan santai lalu menatap Alen tak kalah tajam.
"Gue orang di balik putusnya hubungan Arga dengan Bella emm..bukan gue doang sih ada orang lain juga yang bantuin gue tapi gak perlu gue sebutkan? Karena gue tau lo suka sama Arga jadi gue bantu tanpa lo tau." ucapnya acuh. "Dan karena berhasil gue minta lo bantu balik ke gue buat balikan sama kakak lo."
Alen melotot. Pantas saja hubungan Arga dan Bella cepat berakhir dan berakhir dirinya yang dituduh tidak-tidak oleh Bella.
"Gue gak pernah minta ya!" Ucap Alen penuh penekanan mencoba untuk tidak marah di dalam keramaian kantin yang bisa menjadi tontonan.
"Gunanya lo ngelakuin itu buat apa? Kalo emang mau balikan sama abang gue lo gak perlu ngelakuin yang gak ada hubungannya." Alen terlihat memijat pangkal hidungnya.
"Ada hubungannya len, saat gue udah berjuang buat balikin kepercayaan Kevan, Bella masuk di kehidupan Kevan bahkan Kevan sudah memiliki perasaan pada Bella. Gue udah gak ada harapan lagi ketika Kevan dengan lantang di hadapan gue kalo cewek yang sama dia waktu itu adalah pacar dia. Bella kekasih Kevan."
"Huh?" lagi-lagi hal yang tidak terduga kembali di dengarnya. Bella dengan Kevan dekat? Sejak kapan?
"Saat gue ngasih tau sama Kevan kalau Bella udah punya, Kevan gak peduli. Jadi,....gue balik haluan buat hancurin kebahagiaan Bella dengan bantuan Zevan."
Alen meremat tangannya.
"Walau gue tau itu bakalan jadi kesempatan buat Kevan dengan tiba-tiba jadi pahlawan kesiangan buat Bella yang terpuruk," Vana tersenyum remeh. "Tapi ada Zevan yang bakal urus dan itu gue angkat tangan. Sekarang urusan gue tinggal sama lo yang minta imbalan."
"Haha.." Alen tertawa geli. "Oke makasih deh buat yang lo lakuin walaupun gue gak butuh. Tapi apa gue bakal mau bantuin lo balik, Vana?"
******
TBCSemoga gak gumoh ya hehe
Sabtu, 22 januari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLEN
Teen Fiction[SELESAI] "Sekali lagi Lo bikin Bella celaka! lo bakal nyesel." Ucap zevan penuh penekanan. Lalu pergi sambil menarik Bella menjauh dari area kolam renang. Alen menatap kepergian mereka dengan tatapan yang rumit. Sampai akhirnya matanya berkaca-kaca...