Angin berembus, meluruhkan kelopak-kelopak bunga di tangannya. Matanya tetap memandang kosong, sementara orang-orang di sekitarnya mengurai tangis yang menyayat. Makam bertaburan bunga di hadapannya dilabeli dengan nama Antony Callandrie.
Adrienne tidak bisa menangis. Tak ada lagi air matanya yang tersisa. Setelah pertengkaran terkutuk itu, Adrienne menemukan Antony terbujur kaku tak bernyawa. Ada begitu banyak obat tidur yang ditelannya, hingga tanpa perlu memeriksa ke rumah sakit, Adrienne tahu Antony telah pergi.
Tanpa sadar, satu tangannya terangkat dan menyentuh perutnya perlahan. Kehidupan di dalam tubuhnya adalah pengingat sejati atas segala sakit ini. Adrienne tidak bisa melakukannya. Adrienne tidak akan membiarkannya.
"Tasha, aku butuh bantuanmu," bisik Adrienne.
Ia meninggalkan pemakaman, tak peduli pada tatapan cemas bercampur kesedihan dari orangtuanya. Adrienne segera pulang ke rumah, lalu mengemas barang-barangnya.
"Adrienne, apa yang kau lakukan?" tanya Tasha panik.
"Aku ingin kau berbohong kepada orangtuaku. Kau tahu apa yang harus kau katakan. Aku akan pergi untuk sementara waktu. Setelah semua selesai, aku akan menyusulmu ke Jakarta. Rencana kita tidak akan berubah," jawab Adrienne datar.
Tasha menggigit bibir cemas, lalu membalas, "Ke mana kau akan pergi?"
Alih-alih menjawab pertanyaan sahabatnya, Adrienne menarik kopernya dan berkata, "Sampai jumpa, Tasha."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Song for Unbroken Soul (Unbroken #1)
RomanceAdrienne Callandrie memiliki segalanya: cantik, kaya, dan dipuja semua orang. Ia terbiasa menekuk lutut para pria, sampai akhirnya pria bermata hijau itu datang. Sejak awal, Adrienne berusaha menghindar, karena pria itu adalah cerminan sempurna atas...