Javier melingkarkan kedua tangannya di sekeliling tubuh Adrienne dari belakang, lalu memetakan telapak tangannya di perut yang mulai terasa menggunduk itu.
"Javier, jika kau terus memelukku seperti ini, maka aku tidak akan pernah selesai menata meja makan kita," omel Adrienne.
"Aku hanya ingin menyentuhnya sebentar. Tidakkah ia bergerak lagi? Aku ingin merasakannya. Kau curang karena bisa terus merasakannya sepanjang waktu," balas Javier.
Adrienne berbalik menatap Javier dengan mata disipitkan. "Kalau begitu kau saja yang mengandung. Aku tidak keberatan. Mungkin perut yang membuncit akan semakin menyempurnakan penampilanmu."
Javier tertawa, lalu mencium bibir Adrienne dengan gemas.
"Tidak. Aku lebih suka kau yang mengandung. Karena hal itu membuatmu terlihat semakin cantik dan seksi. Aku bahkan merasa diberkati dengan jadwal harian kita yang begitu padat karena hormonmu itu," sahut Javier menggoda.
"Terus lakukan itu dan kita benar-benar tidak akan menyelesaikan meja ini. Demi Tuhan, tamu kita akan datang dalam waktu kurang dari sepuluh menit!" Seru Adrienne panik.
Javier kembali tertawa, bersamaan dengan bel rumah yang berbunyi. Javier beranjak untuk membuka pintu dan menyapa Tasha. Adrienne segera memeluk sahabatnya dan tak lama ayahnya pun datang. Javier mengajak Ryan untuk mengobrol di ruang tamu, sementara Adrienne dan Tasha sibuk bertukar kabar seraya menata meja makan.
"Jadi, hasil USG menunjukkan bahwa anakmu laki-laki?" tanya Tasha bersemangat.
"Ya. Javier hampir meledak karena senang ketika mendengarnya. Aku juga merasakan hal yang sama. Meski bagi kami anak perempuan pun tidak masalah. Hanya saja kami sepakat ingin memiliki anak laki-laki untuk yang pertama, lalu anak perempuan untuk yang kedua," jawab Adrienne.
"Astaga, aku begitu iri pada kalian. Tuhan, bisakah Kau memberiku nasib yang sama baiknya seperti sahabatku ini?" desah Tasha.
Adrienne hanya tertawa.
"Aku dengar Hester akan membawa pacar barunya. Bagaimana tanggapan Javier?" tanya Tasha kemudian.
Adrienne mengangkat bahu. "Javier berkata, selama pria itu tidak terpaut jauh usianya dengan Hester dan dapat menghargai serta memuja Hester, maka semua baik-baik saja," jawab Adrienne.
Tasha mengangguk-angguk. Sungguh khas Javier.
Ketika jam menunjukkan pukul delapan malam, mereka semua duduk mengelilingi meja makan. Mereka hanyatinggal menunggu Hester juga pacarnya. Maka ketika bel berbunyi, Tasha segera bangkit dan berkata biar ia saja yang membuka pintunya. Terdengar percakapan samar, lalu langkah kaki mulai mendekat ke ruang makan.
Tasha yang pertama masuk ke ruang makan. Adrienne memperhatikan ekspresi aneh pada wajah sahabatnya. Kebingungan Adrienne terjawab ketika Hester masuk tak lama kemudian, diikuti sesosok pria tampan yang sangat Adrienne kenal.
Selama sesaat mereka saling bertatapan. Ketika menyadari posisi masing-masing, kecanggungan merebak. Namun, ketika Adrienne akhirnya tersenyum, pria itu pun ikut tersenyum.
Mereka benar-benar sudah menemukan kebahagiaan. Kini, mereka bersama orang yang tepat.
Karena pria yang diperkenalkan Hester sebagai kekasihnya, yang saat ini sedang menatap Hester dengan tatapan memuja adalah ... Dareson Logane.
***
Hai! Akhirnya sampai di akhir kisah ini. Aku harap kalian menyukai versi baru dengan sedikit revisi ini. Perbedaannya apa? Selain teknis tulisan yang kuperbaiki, aku juga mengubah usia mereka. Setelah ini aku akan update Imperfect Angel, Memories of Love, dan Stay. Tunggu ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Song for Unbroken Soul (Unbroken #1)
RomansaAdrienne Callandrie memiliki segalanya: cantik, kaya, dan dipuja semua orang. Ia terbiasa menekuk lutut para pria, sampai akhirnya pria bermata hijau itu datang. Sejak awal, Adrienne berusaha menghindar, karena pria itu adalah cerminan sempurna atas...