Adrienne melangkah memasuki kantornya dengan langkah gontai. Tasha yang mengikutinya di belakang seperti biasa membacakan agendanya. Namun, berbeda dari biasa, mereka tidak menyelipkan senda gurau di antara jadwal kegiatan Adrienne selama beberapa jam ke depan. Tasha tampak serius, sementara Adrienne terlihat lesu.
"Adrienne, aku benci harus mengatakan ini." Tasha mendesah, lalu melanjutkan, "Proyek pembangunan apartemen di Jakarta Utara terhenti sementara karena kita kekurangan dana. Seperti yang kau tahu, kerja sama kita dengan Keane Property Company tidak termasuk proyek itu. Kau sendiri yang bersikeras untuk mempertahankan proyek itu sebagai proyek tunggal perusahaan kita."
Demi menahan desahan muram, Adrienne menggigit bibirnya.
Tasha meletakkan map berwarna cokelat di meja sahabatnya. "Dan ini adalah laporan yang diberikan detektif swasta yang kita sewa itu. Hasilnya positif bahwa Rita Indira pelaku penggelapan dana di perusahaan ini. Ia memiliki uang dalam jumlah yang sangat besar di rekeningnya. Sampai saat ini ia masih berada di Singapura."
Akhirnya, hela napas itu terlepas. Sayang tidak bisa mengurai sesak di dada. Sejak membuka mata pagi ini, setelah tidur tidak nyenyak selama tiga jam, Adrienne tahu kesialan akan mengikutinya. Namun, ia tidak menyangka semua akan datang bersamaan seperti ini. Adrienne meraih map cokelat di hadapannya. Semakin lama ia membaca, kepalanya semakin berdenyut.
Rita Indira adalah wanita yang telah bekerja pada Adrienne sejak awal Adrienne membangun perusahaan. Wanita itu bahkan rela menghabiskan 16 jam waktunya untuk bekerja. Ia pun sangat jujur, pantang menyerah, juga selalu mendukung Adrienne. Sulit dipercaya wanita itu mampu mengkhianati Adrienne. Namun, Adrienne harus percaya karena bukti di hadapannya tidak terbantahkan.
"Segera pesan tiket pesawat menuju Singapura malam ini. Buat reservasi di hotel yang sama dengan Rita Indira atas namaku. Aku harus mengurus pinjaman dana saat ini, tolong atur ulang jadwalku untuk dua jam ke depan," pinta Adrienne tegas.
"Kau akan menemui Rita Indira?" tanya Tasha tak percaya.
Adrienne mengangguk mantap, sementara Tasha menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
Javier menghentikan ayunan kakinya secara perlahan. Keringat membasahi seluruh tubuhnya sementara earphone di telinganya berdentam-dentam dengan jelas. Udara segar memasuki paru-parunya, menenangkan seluruh sarafnya yang begitu tegang sejak ia membuka mata pagi ini.
Namun, Javier masih saja memikirkan Adrienne.
Otaknya tidak mampu berhenti mengingat lekuk tubuh sempurna gadis itu. Kaki jenjangnya, juga erangan lembutnya. Fantasi Javier semakin liar ketika menemukan gaun hitam sekaligus pakaian dalam Adrienne yang tertinggaldi mesin cucinya. Mau tak mau, Javier terus mengulang pola yang sama; membayangkan Adrienne. Membayangkan bibir Adrienne di antara bibirnya, kaki Adrienne melingkari pinggangnya, juga....
Javier menggelengkan kepala. Ini pasti akibat dari hidup selibat selama hampir satu tahun. Ia harus mengenyahkan pikiran itu. Ia tidak boleh merusak hubungan baiknya dengan Adrienne hanya karena gairah sesaat. Dan karena itu, Javier harus memaksa tubuhnya melupakan Adrienne.
Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.
"Javier Keane," ucap Javier.
"Aku harus bertemu denganmu sekarang. Bisakah kau meluangkan waktu? Ada hal penting yang harus kubicarakan."
Javier merasa pendengarannya bermasalah, tetapi setelah mengecek layar ponselnya, telepon itu benar datang dari Adrienne.
Tanpa sadar Javier tersenyum.
"Kau beruntung, aku masih memiliki waktu kosong hingga satu jam ke depan. Bagaimana jika kita bertemu di kedai kopi dekat kantormu? Aku akan sampai tiga puluh menit lagi," sahut Javier.
Adrienne menggumamkan sampai jumpa, lalu memutuskan sambungan.
Tak sampai lima detik kemudian, ponsel Javier kembali berdering. Nomornya menunjukkan kantor Adrienne, membuat kerutan di antara alis Javier muncul. Pria itu menerima panggilan dan suara Tasha terdengar. Setelah menjelaskan dalam satu rangkaian kalimat padu, Tasha akhirnya menghela napas.
"Bisakah kau melakukannya?" tanya Tasha penuh harap.
"Tentu. Aku akan melakukannya," jawab Javier yakin. Setelah itu ia menghubungi Katerina dan meminta penjadwalan ulang seluruh kegiatannya untuk dua hari ke depan.
"Apakah ada sesuatu yang harus kau lakukan?" tanya Katerina bingung.
"Ya," jawab Javier dengan senyum dalam suaranya.
***
Halo! Sori banget karena sibuk aku nggak sempat update huhuhu semoga pekan depan bisa lebih normal jadwalnya, tapi aku nggak janji ya. Semoga sehat selalu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Song for Unbroken Soul (Unbroken #1)
RomanceAdrienne Callandrie memiliki segalanya: cantik, kaya, dan dipuja semua orang. Ia terbiasa menekuk lutut para pria, sampai akhirnya pria bermata hijau itu datang. Sejak awal, Adrienne berusaha menghindar, karena pria itu adalah cerminan sempurna atas...