Dendam

319 42 1
                                    

"Aku pikir kita akan ke Central Park," ucap Adrienne seraya menatap Javier yang duduk di belakang kemudi.

Javier tersenyum dan melirik Adrienne sekilas. Sekali lagi mengagumi rambut hitamnya yang tergerai sempurna, juga gaun musim seminya. Javier memutuskan untuk membiarkan Adrienne bertanya-tanya sedikit lebih lama.

Dua puluh menit kemudian, Adrienne tahu ke mana Javier membawanya. Rumah keluarga Keane. Rumah itu sangat besar, ditopang pilar-pilar yang menjulang juga halaman dengan air mancur. Garasi mobilnya pun terisi oleh setidaknya enam mobil dan semuanya tergolong mobil mewah. Bahkan Adrienne melihat sebuah Porche berwarna putih yang ia tahu hanya dibuat sebanyak sepuluh unit di dunia.

Javier menggenggam tangan Adrienne, melirik sekilas arah pandangan Adrienne, lalu melanjutkan langkah untuk membawa gadis itu menuju halaman belakang. Halaman itu memiliki satu pohon besar di sudut kanannya, sementara sekelilingnya dipenuhi bunga beraneka warna. Javier sudah mengatur perlengkapan piknik mereka dan hari ini, ia akan menghabiskan harinya hanya dengan memandangi Adrienne di bawah cahaya mentari.

Setelah mereka duduk di atas selimut yang nyaman, Javier mengeluarkan jus jeruk dari keranjang piknik dan memberikannya pada Adrienne.

"Baiklah, Tuan Sempurna. Kencan ini benar-benar menyenangkan. Seperti biasa, kau berhasil membuatku bahagia," ucap Adrienne dengan senyum manis.

Javier mencondongkan tubuhnya, lalu mencium Adrienne.

Mereka melewatkan siang dengan saling menyuapkan makanan, bahkan berlomba untuk makan roti isi sebanyak-banyaknya. Tentu saja pemenangnya adalah Javier. Setelah itu Adrienne membaringkan kepalanya di atas perut Javier sementara Javier memainkan rambut Adrienne.

"Porche itu hadiah ulang tahunku tahun lalu. Ayah bersikeras aku harus memilikinya. Jika kau mau, kita bisa menggunakan mobil itu untuk perjalanan menuju bandara nanti," ujar Javier ringan.

Adrienne menatap Javier dan menggeleng perlahan.

"Tidak. Aku ingin sopirmu yang menyetir sementara kau duduk di kursi penumpang bersamaku dan aku memiliki akses untuk menyentuhmu kapan pun aku mau. Aku hanya kagum. Kau tahu, aku belum pernah bertemu pria sepertimu. Apa yang sebenarnya membuatmu begitu membumi? Terkadang aku bahkan lupa bahwa kau adalah anggota keluarga Keane," sahut Adrienne.

Jemari Javier membelai pipi Adrienne yang menyemburatkan warna merah alami karena sinar matahari.

"Aku lebih suka kau melupakannya. Aku hanya ingin menjadi Javier bagimu," balas Javier.

Adrienne tersenyum, kemudian bertanya, "Apakah kau tumbuh besar di rumah ini?"

"Ya. Bahkan setelah menjadi pianis aku masih sering pulang ke rumah ini. Hester juga. Namun, setelah kepergian Ayah, kami memutuskan untuk meninggalkan rumah. Terlalu banyak kenangan. Meskipun tidak memiliki Ibu, kami memiliki masa kecil yang sangat indah di rumah ini. Ayah memastikan bahwa kami memilikinya," jawab Javier dengan nada yang terdengar jauh.

Adrienne terdiam. Pikirannya berlari pada keluarganya. Adrienne juga memiliki kenangan. Terlalu banyak. Namun, setidaknya ia masih bisa menemui kedua orangtuanya. Kini, Adrienne benar-benar mengerti mengapa pria itubegitu bahagia ketika Adrienne mengatakan bahwa Javier diundang makan malam bersama keluarga Callandrie. Javier merindukan keluarga yang utuh.

Adrienne beringsut memeluk Javier. Ia meletakkan kepalanya di atas jantung Javier dan menghela napas. Adrienne kini tahu tanpa ragu, Javier adalah bagian terpenting darinya. Javier menarik jiwa Adrienne menuju cahaya. Merekatkan setiap serpihan hatinya hingga mengukirkan nama Javier.

Song for Unbroken Soul (Unbroken #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang