02 :: Bego

472 57 30
                                    

Kaki jenjang Nadira melangkah menuruni anak tangga sambil sesekali bersenandung samar, dirinya sudah siap untuk berangkat sekolah, bersama sang pacar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki jenjang Nadira melangkah menuruni anak tangga sambil sesekali bersenandung samar, dirinya sudah siap untuk berangkat sekolah, bersama sang pacar. Ketika sampai di lantai dasar, indra pendengaran Nadira di sambut dengan satu obrolan dari arah ruang makan.

"Hari ini mama sengaja masak sarapan berprotein khusus buat kamu, Mira. Seenggaknya walaupun kamu lagi diet, kamu tetep bisa konsentrasi pas nyiarin berita nanti." Ucap Tania tersenyum manis menatap sang menantu.

Setelah itu, iris mata mereka teralih ke arah gadis berseragam yang tengah berdiri dengan raut wajah datar. "Nadira, ngapain berdiri disitu? Ayo sarapan sebelum berangkat." Ajak Tania lembut.

Dengan perasaan tak karuan, Nadira pun lantas menghampiri kulkas dan mengambil dua kotak susu cokelat. "Gapapa, ma. Aku sarapan pake susu aja nanti di sekolah. Lagian aku takut kesiangan." Jawabnya santai.

Doni mengaduk teh hangat miliknya. "Dari kecil papa selalu ajarin sopan santun ke kamu. Mama kamu udah capek bangun pagi demi siapin sarapan, tapi kamu malah nolak." Tuturnya berhasil membuat pergerakan Nadira terhenti.

Manik mata Nadira melirik satu potong roti tawar yang terbalut selai cokelat di meja tempat duduknya. "Kayaknya, gaperlu sampe bangun pagi kalo cuma nyiapin roti tawar pake selai." Sindirnya melirik Mira tajam.

"Nadira, maaf. Kamu mau mama buatin salad buah juga kayak kak Mira? Atau mau yang lain?"

"Gak usah, ma. Gapapa." Nadira tersenyum simpul. "Aku berangkat." Pamitnya melenggang pergi.
.
.
.
.

Decakan hebat Nadira keluarkan, setelah membaca pesan Kenneth yang berisi; kalau dia tidak bisa menjemput karena harus mengantar sang ibu ke pasar. Sialnya, kenapa Kenneth memberi kabar dengan cara mendadak? Padahal kalau lebih awal; Nadira bisa pesan ojek online sedaritadi, tanpa harus menunggu lama.

TIN!

Demi apapun tubuh Nadira menjimprat kaget, ketika mendengar suara klakson motor yang datang dari arah kanan. Kedua alis Nadira tertaut bingung menatap punggung pria yang sedang melepas helm-nya.

"Butuh tumpangan?"

"Loh, lu kan-"

Jave tesenyum manis. "Iya, gua calon pacar lu bulan depan. Tuh, rumah gua disitu. " Jarinya menunjuk ke arah rumah bercat putih bersih.

 " Jarinya menunjuk ke arah rumah bercat putih bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(✓) Rumah untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang