Sore ini, Haikal memutuskan datang ke rumah pribadi milik Jave untuk membicarakan sesuatu. Dia tidak peduli seberapa jauh jaraknya, yang terpenting dia harus memastikan sesuatu terlebih dahulu.
"Tadi gua sengaja dateng ke sekolah buat ngambil beberapa buku gua yang ketinggalan. Terus tiba-tiba Jennifer nyamperin gua dan tanya dimana Nadira. Gua gak ngasih tau, tapi setelah itu dia bilang.."
Haikal menggantung ucapan karena merasa tidak enak untuk mengatakannya.
"Apa?" Jave masih menunggu.
"Dia bilang kalo Nadira bukan anak kandung dari om Doni sama tante Tania."
Lanjutnya berhasil membuat Jave memejamkan mata sesaat. Sial, atas dasar apa Jennifer mengatakan hal tersebut pada orang lain? Padahal Jave sudah bersusah payah untuk menyimpan rapat rahasia itu.
"Iya bener. Gua, Jenan, sama tante gua udah tau. Tapi kita belum bisa bilang ke Nadira." jawab Jave sedikit frustasi.
Haikal menyisir rambut ke belakang. "Mau gak mau, Nadira harus tetep tau, Jave. Dia harus tau alasan kenapa selama ini dia di siksa dan di perlakukan gak adil sama keluarganya sendiri. Gua gak bermaksud ikut campur, tapi lebih baik Nadira tau dari kalian ketimbang Nadira tau dari orang lain."
Benar juga. Jave menganggukkan kepalanya pelan. "Hm, gua bakal cari waktu yang pas buat kasih tau hal ini ke Nadira. Sekarang gua lagi cari tau tentang orang tua asli Nadira."
"Kalo butuh bantuan bilang ke gua, gua pasti siap siaga." Haikal menepuk pelan bahu Jave.
Jenan melangkah menghampiri sambil membawa tiga kaleng soda. "Nadira berhak tau kalo mentalnya udah stabil. Sekarang dia harus fokus sama terapinya dulu."
"Nadira terapi juga?" Haikal nampak terkejut.
"Hm, dia terapi di psikiater temen mama gua. Seminggu dua kali pertemuan." Jawab Jave memberitahu.
Helaan nafas lega Haikal keluarkan. "Baguslah, seenggaknya Nadira bisa ngerasa jauh lebih baik. Terus sekarang dia kemana? Kok gak keliatan?"
"Nadira lagi ke minimarket sama tante Ratna." Jenan menyahut.
.
.
.
Detik dan menit terus berlalu, akhirnya Nadira dan Ratna sampailah di rumah bersama beberapa bungkus belanjaan. Keduanya membeli banyak bahan makanan dan juga cemilan.
"Wah, kita kedatangan tamu rupanya." Sapa Ratna yang baru saja melangkah masuk bersama Nadira.
Kedua mata Nadira membelalak. "Loh, Haikal? Udah lama?" tanyanya.
Haikal tersenyum menatap Ratna. "Sore tante." lalu teralih pada Nadira. "Lumayan lah, Ra."
"Duduk sini." Jave menepuk sofa kosong di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓) Rumah untuk Nadira
FanficKisah seorang gadis cantik bernama Nadira yang memiliki kehidupan sempurna di mata orang lain. Siapa sangka? Kesempurnaan itu hanyalah cangkang untuknya agar bisa bertahan hidup. Mempertahankan harga diri, mempertahankan martabat keluarga, dan memp...