09 :: Lembaran baru di mulai

267 60 39
                                    

Nadira mengikuti langkah Jave yang terus berjalan di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadira mengikuti langkah Jave yang terus berjalan di depannya. Setelah memilih opsi kedua; pria itu langsung mengantar Nadira pulang untuk membawa seluruh barang pentingnya, dan kembali pergi ke suatu tempat yang cukup terpencil, namun sangat nyaman buat menenangkan diri. Banyak perkebunan kecil di sekitar rumah, dan dekat dengan pusat perbelanjaan tradisional.

"Lu bisa tinggal disini sampe kapanpun lu mau." Ucap Jave ketika sampai di ruang santai.

Kedua alis Nadira tertaut bingung. "Emangnya ini rumah siapa?"

"Ini rumah gua. Rumah pribadi gua." Jave menjawab bersama senyum tipisnya. "Duduk, lu mau minum apa?" titahnya kemudian.

Karena masih bingung sekaligus penasaran, Nadira pun bertanya lagi. "Kalo ini rumah lu? Terus yang tetanggaan sama gua itu rumah siapa?"

"Itu rumah omah gua." Sahut Jave seraya melangkah menuju kulkas, dan mengeluarkan dua gelas cola dingin. "Gua tinggal disana karena omah gua sendiri, cuma ada pembantu satu yang kerjanya pulang hari. Jadi kasian, soalnya udah tua juga."

Nadira mengatupkan bibir sesaat. "Oh gitu. Terus disini gak ada yang tinggal-" Kalimatnya menggantung ketika melihat seorang pria tampan yang baru saja keluar dari salah satu ruangan.

"Kalo itu Jenan, sepupu gua. Dia yang nempatin rumah ini selagi gua di rumah omah." Jave memperkenalkan pria yang sudah berdiri di depan kulkas.

Si pemilik nama menoleh tanpa mengeluarkan sepatah kata, ekspresi wajahnya bahkan nampak dingin hingga nyaris mengintimidasi Nadira.

"Nan, ada temen baru mulai sekarang." Ucap Jave ke arah sang sepupu.

Jenan menaikkan kedua alisnya singkat, lalu melangkah menghampiri. "Siapa?"

"Calon pacar gua bulan depan." Jawab Jave enteng, lalu terkekeh pelan.

"Oh." Pria berkaus putih polos itu hanya merespon seadanya, dengan tatapan datar ke arah Nadira.

Nadira tersenyum tipis bermaksud menyapa, walaupun rasanya sangat canggung.

Jave beranjak mengangkat koper dan tas ransel milik Nadira. "Gua anter ke kamar lu sekarang. Ada di lantai dua." Ajaknya.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(✓) Rumah untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang