16 :: Pernyataan

251 51 47
                                    

Mimpi indah Nadira terganggu, akibat sinar matahari yang mulai masuk lewat celah gorden jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mimpi indah Nadira terganggu, akibat sinar matahari yang mulai masuk lewat celah gorden jendela. Perlahan mata madunya terbuka, melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Baiklah, dia harus segera bersiap-siap berangkat ke sekolah.

"Selamat pagi Nadira sayang!"

Sapaan itu membuat senyum lebar Nadira terbentuk menatap Ratna di ruang makan. Seperti biasa, Ratna sudah membuatkan sarapan untuk tiga keponakannya termasuk Nadira. "Selamat pagi juga tante sayang." Sahut Nadira ceria.

"Gua gak di sapa juga?" Jave baru saja datang sambil mengeringkan rambutnya.

Nadira mendengus pelan. "Selamat pagi Jave." Katanya.

"Kok gak pake iming-iming sayang?" Jave protes lagi.

Jenan lantas mendorong kepalanya dari arah belakang. "Masih pagi, gausah cosplay jadi buaya."

Ratna tertawa. "Kalian ini, udah ayo kita sarapan dulu." Ajaknya langsung duduk di salah satu kursi.

Keempatnya melakukan sarapan bersama sambil sesekali mengobrol dan membuka topik obrolan. "Besok kan kalian udah sama-sama libur, ada rencana buat pergi gak?" tanya Ratna menatap Jave dan Nadira bergantian.

"Eum, aku gak ada rencana apa-apa sih tante." Nadira menggeleng polos.

Sementara Jave mengangguk. "Aku mau ajak Nadira jalan-jalan, tante." jawabnya.

Kedua alis Nadira tertaut bingung. "Kemana?"

"Kemana pun yang lu mau"

.

.

.

Hari ini, Nadira berangkat bersama pria keras kepala yang terus memaksa ingin mengantarnya. Kaki jenjang Nadira melangkah turun dari boncengan Jave seraya melepas helm. "Makasih ya udah mau bangun pagi cuma buat nganter gua doang."

"Gausah makasih." Jave berdecih pelan, lalu merapikan anak rambut Nadira yang sedikit berantakan. "Gua nganter lu karena gua mau mastiin lu sampe ke sekolah dengan selamat. Terus juga, gua mau jadi semangat lu hari ini. Semoga, ujiannya lancar ya." tangannya mengusap kepala Nadira lembut.

Entah mengapa, degup jantung Nadira berdetak sangat cepat. "I-Iya, makasih..."

"Sama-sama, sayang. Sana masuk, nanti telat." Titah Jave.

Nadira mengangguk mantap dengan kaki yang mulai bergerak. Setelah maju beberapa langkah, Nadira kembali menoleh. "Jave." Panggilnya.

Pria itu memasang ekspresi bingung. "Kenapa, Ra?"

"Hati-hati di jalan, gua gamau lu luka."

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(✓) Rumah untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang