Happy reading😘
****
Arabella mengerjapkan matanya. Pandangannya masih buram tapi dia masih bisa melihat sekelilingnya hanya sekelebat warna putih. Apakah ini surga?
Secepat itukah Arabella mati? Dan memangnya dia masuk surga? Saat dia menggerakkan sedikit tubuhnya. Perutnya masih terasa keram, ada apa sebenarnya dan dimana dia sebenarnya
"Kau sudah siuman? Syukurlah" Lina yang baru saja datang menghela nafas dengan lega. Dengan cepat dia segera menarik kursi dan duduk disebelah Arabella "apa ada yang sakit?"
"Kenapa aku ada disini?"
"Aku tidak tau pasti, aku mendapatimu pingsan saat aku ingin mengajakmu makan siang"
"Dan ini dimana?" Arabella menatap sekelilingnya
"Klinik"
"Aku--akhh" dia kembali meringis saat mencoba bangun dari posisinya. Bagian bawah perutnya terlalu nyeri untuk digerakkan
"Sudahlah, jangan menyakiti dirimu sendiri" Lina memegang lengan Arabella untuk kembali merebahkannya diatas kasur. Menenangkan Arabella
"Perutku terasa keram dan sangat nyeri" Arabella menekan perutnya seolah menahan sedikit rasa sakit "apakah dokter tidak bilang bahwa aku sakit apa?"
"Tidak, dia hanya bilang kau terkejut"
"Dokter macam apa itu"
Lina memutar matanya jengah. Dia berkacak pinggang dan menatap kesal kepada Arabella "Lebih baik kau memberitahuku kenapa kau bisa pingsan?"
"Apa kau tidak lihat bahwa aku kesakitan?"
"Aku hanya melihat tidak merasakan, bisa saja kau berbohong dan memiliki penyakit yang lebih serius seperti tumor, kanker--"
"Kau ingin membunuhku lakukan saja tidak usah menakut-nakuti begitu" Arabella memejamkan matanya
Lina menyeringai "Aku hanya takut kau memiliki penyakit yang berbahaya"
Bukankah sebelum perutnya keram tadi Arabella menerima pesan dari orang yang tidak dikenal. Dan isi dari pesannya itu yang membuat perutnya terasa sangat sakit. Dia yang berada didalam pesan itu pastilah Adam. Tidak mungkin orang lain dan bukanlah hal yang benar juga jika Arabella memberitahukan pesan itu kepada Lina, karena permasalahannya akan menjadi panjang. Arabella hanya bisa berdoa semoga Adam tidak apa-apa
"Arabella, kenapa kau sering sekali melamun akhir-akhir ini, apakah masalahmu begitu besar hingga membuat jiwamu seolah terangkat?"
Jiwa yang terangkat sepertinya lebih baik daripada harus menjalani seperti ini
"Aku hanya pusing"
Lina mengamati, matanya sedikit menyipit "Apa kau hamil?"
Arabella langsung menolehkan kepalanya. Bahkan dia tidak menyadari jika lehernya sampai berbunyi. Apapun! Tapi tolong jangan itu, Arabella belum siap. Tapi bukankah watu itu dia sudah memeriksanya dan menghasilkan garis satu
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Crazy CEO
Romance21+ Cerita ini mengandung adegan dewasa dan kata" kasar bagi kalian yang masih dibawah umur silakan menjauh dan kalo masih ingin mendekat tolong didampingi . Masih banyak kata yang berantakan. Akan revisi setelah end