Happy reading😘
****
Bisakah seseorang memaksakan diri untuk menyukai orang lain disaat dirinya memang tidak pernah merasa begitu? Sangat susah mungkin. Karena setiap orang memiliki persepsi masing-masing. Itulah yang dirasakan Arabella kepada gadis yang berada dihadapannya. Sebenarnya dia tidak ingin merasa tidak suka pada Griselle tapi hatinya bergejolak saat melihat gadis itu. Mungkin itu hanya prasangka buruknya saja. Arabella harus segera menghentikan ituLagipula itu sudah berlalu lama dan Adam memilikinya--hanya dalam artian tidur bersama bukan hal yang sensitif--bahkan sampai sekarang Arabella tidak pernah mendengar Adam mengungkapkan perasaannya. Arabella tidak ingin hidup didalam keraguan
"Sepertinya kita seumuran"
Arabella dapat melihat dengan jelas senyum tulus yang tercetak dibibir cantik itu. Wajah yang sangat cantik. Wajah khas gadis Eropa
"Sepertinya begitu"
"Kau ingin minum?" Tawar Griselle lembut
"Tidak, terimakasih"
"Sebaiknya kalian mengakrabkan diri, aku akan kekamar untuk beristirahat" Adam beranjak dari tempat duduknya dan pergi kedalam kamar meninggalkan kedua wanita itu dengan saling pandang. Griselle menatapnya dengan alis terangkat
"Jangan melihatku seperti, kita bukan musuh" dia tersenyum miring
Benarkah?
Astaga Arabella sudahlah!
"Aku tidak bermaksud" Arabella sedikit menundukkan kepalanya malu. Dia tidak bermaksud menatap intens hanya penasaran
"Sudahlah" Griselle mengibaskan telapak tangannya "sudah berapa lama kau berpacaran dengan kakakku?"
"Seusia jagung" lirihnya. Griselle mengangguk-anggukkan kepalanya paham"Aku lebih lama"
"Hah?"
"Kami bersaudara sangat lama, you know?"
Itu...terdengar sedikit masuk akal
"Aku sangat senang bahwa aku akan segera memiliki Kaka ipar, tapi aku juga tidak senang jika kakakku membagi cintanya pada orang lain"
"Dia tidak mungkin begitu, kau saudarinya"
"Kau benar, sayang sekali aku saudarinya" Griselle tersenyum masam "tapi aku tidak mau menyerah, aku akan bersaing denganmu" dia menatap Arabella dengan menantang
"Maksudmu?" Nafas Arabella tercekat. Sedetik kemudian wajah Arabella membingung saat melihat wanita itu tertawa
"Kau terlalu tegang" lanjutnya tertawa "sulit untuk mengajakmu bercanda"
Humor kita beda level
Arabella ikut memaksakan tawanya. Walaupun terdengar tawa yang menyakitkan setidaknya Arabella sudah berusaha menguasai dirinya
"Aku akan menghabiskan waktu liburanku di new York" dia melemparkan senyumnya "dan aku akan lebih banyak menghabiskan waktu disini"
Hei itu menyenangkan! Sebaiknya Arabella menyiapkan diri untuk berperang--eh maksudnya untuk menyambut keberadaan adik Adam.
"Itu berita yang menggembirakan" ujar Arabella tersenyum. Lebih tepatnya untuk menenangkan dirinya sendiri. Tentu saja dia shock
"Aku senang kau berkata begitu" Griselle menenggak habis sisa minumannya lalu beranjak berdiri "aku akan beristirahat"
Belum seberapa jauh Griselle melangkah, dia kembali berhenti dan menoleh kembali "Sepertinya kau sangat tidak menyukaiku"
Arabella terdiam. Bagaimana wanita itu kembali berlenggang pergi setelah mengatakan pernyataan yang membuat hati berdebar. Dan apa tadi wanita itu menatap arabella dengan datar. Entah apa maksudnya
****
Tidak semua orang bisa menerima keadaan dengan mudah ditambah kenyataan yang kita lalui bertolak belakang dengan yang kita inginkan. Mungkin ada yang bisa dilalui dan ada yang tidak
Tapi tidak lepas dari kemampuan manusia masing-masing. Jika memang memiliki mental yang kuat seterjal apapun jurang didepannya itu hanya akan dianggap sebagai tempat permainan. Begitupun sebaliknya jika hidup dengan mental yang lemah batu kerikil yang menghadap didepan bagai sebuah gunung yang tidak bisa dilewati
Bagaimana dengan Arabella. Dia harus meyakinkan dirinya kalo dia memang bisa membuat Adam menyatakan cinta padanya atau mungkin menyatakan perasaan padanya. Agar Arabella bisa sedikit tenang
Arabella menghela nafasnya pelan. Bebanya terasa sedikit terangkat setelah menceritakan semua pada Lina. Walaupun seharusnya dia merahasiakan itu tapi Arabella sudah tidak mampu menahan hasratnya untuk bergosip
"Jadi maksudmu mereka... Incest?" Ujar Lina hati-hati
Helaan nafas Arabella sedikit berat "Begitulah"
"Aku tidak menyangka tuan Adam begitu. Setelah berita dia pria gay ternyata ada berita yang lebih heboh jika dia mengidap incest, tampannya seseorang tidak menjamin bahwa mereka memiliki pikiran yang normal"
"Kau yang terlalu memujanya"
"Memangnya kau tidak? Lalu apa kau tidak memujanya ditempat tidur?" Lina melemparkan tatapan nakalnya hingga wajah Arabella memerah "apa kau tidak mendengar langsung cerita dari tuan Adam?"
"Dia tidak akan jujur soal itu, percayalah" Arabella kembali menghela nafasnya. Lina hanya mengiyakan saja"dimana Liam?"
"Mungkin sudah mati"
"Kau ini"
"Kau bertanya padaku seolah aku ini ibunya yang selalu mengetahui dimana keberadaannya" Lina mendengus kesal
"Kalian kan sudah melakukan pendekatan" Arabella menggoyangkan alisnya menggoda
"Sudahlah, aku muak membahas si Bodoh itu"
Arabella tersenyum melihat tingkah Lina yang selalu menghindari percakapan tentang Liam. Sebenarnya Arabella tau kalau Lina memang menunjukkan ketertarikan namun temannya itu tidak pernah mengakuinya. Melihat tingkah mereka membuat Arabella sedikit tenang
****
"Aku senang kau sudah kembali" ucap seorang pria dengan ponsel ditelinganya
"Aku juga" sahut wanita diseberang sana dengan ceria
"Aku akan segera memberitahumu tentang rencana kita"
"Aku akan menunggu, tenanglah"
Pria itu mematikan ponsel dan tersenyum miring. Setelah ini rencananya tidak boleh gagal lagi. Jika untuk kesekian kalinya hanya ada dua pilihan membunuh atau terbunuh
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Crazy CEO
Romance21+ Cerita ini mengandung adegan dewasa dan kata" kasar bagi kalian yang masih dibawah umur silakan menjauh dan kalo masih ingin mendekat tolong didampingi . Masih banyak kata yang berantakan. Akan revisi setelah end