"Mulai sekarang aku bersumpah akan bertobat dan tidak akan memperkosa gadis Palestina lagi."
Sersan Amit nyaris saja tersedak kacang almond yang dikunyahnya mendengar ucapan sersan Bert barusan. Tangan kasarnya menyentuh dahi Bert dan langsung ditepis kasar oleh si empunya, lantas dia meringis.
"Bodoh! Kau kira aku sakit?"
"Kau tidak panas. Apa telingaku yang tuli?"
"Aku akan bertobat." Bert mengulangi ucapannya, membuat Amit semakin ternganga.
"Ka--kau serius?"
"Apa aku terlihat seperti sedang bergurau?"
"Tidak."
"Lalu?" Sepasang netra hijau Bert menajam. Ia mengusap wajah dengan kasar. "Entah kenapa aku merasa hidupku sangat sia-sia dan membosankan. Melihat Letnan Aaron sudah bahagia dengan Aisyah dan anak-anaknya, aku juga jadi ingin menikah."
Kali ini Amit benar-benar tersedak remahan kacang almond yang sedari tadi memenuhi mulutnya. Dia terbatuk-batuk saat tangan Bert menepuk-nepuk punggungnya dengan sekuat tenaga hingga remahan almond itu tersembur. Amit segera menyambar botol air mineral yang tergeletak di rumput, lalu meninumnya dengan sangat rakus. Napasnya memburu. Sekali lagi dia menatap wajah tegas Bert sambil melongo dan kening berkerut.
Amit pikir, sahabatnya mungkin tengah kesetanan. Sebab apa yang barusan ia katakan sangatlah tidak masuk akal. Semua personil Unit Mistaravim pun tahu kebiasaan Bert selama ini. Dia tidak pernah ingin mengenal cinta, apalagi menikah. Bert hanya ingin bersenang-senang dan tidak ingin memiliki ikatan serius dengan seorang wanita. Sedangkan untuk memuaskan kebutuhan biologisnya pria itu akan pergi ke penjara dan melampiaskannya pada tahanan gadis Palestina. Entah berapa gadis Palestina yang telah diperkosanya. Amit terkadang tidak habis pikir mengapa Bert sampai sekarang pun tidak terkena virus HIV.
"Kenapa melihatku seperti itu? Kau tidak percaya dengan ucapanku?"
"Sebenarnya aku ingin percaya, tapi ini terdegar sangat aneh."
"Terserah apa yang akan kau pikirkan. Aku akan membuktikannya. Mulai minggu ini, aku tidak akan berkunjung ke penjara."
"Tapi bagaimana kalau banyak tahanan gadis Palestina yang cantik dan seksi, kau yakin tidak ingin mencicipinya?" Amit menyeringai.
"Aku tidak akan peduli."
Bert mendelik tajam kala tawa Amit justru pecah dengan wajah menyebalkannya yang khas.
"Baiklah, akan kupegang ucapanmu." Amit berdeham, netra hitamnya menatap Bert lebih serius. "Lalu apa kau sudah menemukan wanita yang akan kau nikahi?"
"Belum, tapi secepatnya akan kucari."
"Tapi masalahnya, apakah ada wanita yang ingin menikah dengan Penjahat Kelamin sepertimu? Aku tidak yakin."
"Pasti ada!"
Bert mendesis sambil menoyor kepala Amit dengan sangat kencang hingga Amit memekik. Rahangnya mengeras. Tetapi benar juga apa kata Amit, Bert sudah banyak meniduri wanita. Entah wanita mana yang mau menikah dengannya, pikir Bert seraya menipiskan bibir.
Amit mengelus-elus kepalanya. Dia menghela napas pelan lalu membenarkan posisi duduk.
"Apa kau akan menikah dengan gadis Gaza seperti Letnan Aaron?"
Bert menoleh sekilas, lalu mengangkat bahu. "Gadis mana pun, aku akan mencarinya. Aku harus bertemu jodohku. Siapa pun dia. Dia yang membuat jantungku berdebar saat pertama kali aku melihatnya, aku akan menikahinya. Aku sudah sangat bosan hidup seperti ini, sangat monoton. Mungkin dengan berkeluarga, hidupku akan lebih berwarna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Cinta di Beranda Al Aqsa 2
RomanceFollow dulu sebelum baca. Bert Ertugrul, seorang personel dari pasukan khusus IDF, Unit Mistaravim yang kaku, berhati dingin dan tidak pernah percaya dengan cinta. Sersan Bert tidak pernah ingin memiliki ikatan serius dengan seorang wanita. Selama k...