~ARTHUR~
Aku tidak percaya dengan apa yang sedang kulakukan sekarang. Bagaimana bisa aku bersedia menemani wanita ini pulang ke rumahnya yang berada di lingkungan perumahan desa?
Brietta Wesley, putri dari Mr. Wesley, kepala desa Woodstock. Entah suatu kebetulan atau tidak, saat aku sedang dalam perjalanan pulang dari rumah orang tuaku tadi, aku menemukannya berlari lalu tidak sengaja menabrakku. Ternyata, dia sedang kabur dari Richard Frederick yang berniat jahat ingin memperkosanya.
Tapi, hal yang membuatku lebih tidak percaya lagi adalah bagaimana bisa Brie malah meminta tolong padaku yang jelas-jelas terkenal sebagai pria buas yang kejam dan tidak punya hati? Dia juga terlihat sama sekali tidak takut padaku. Bahkan, dia juga berani meminta tolong padaku agar aku mengantarnya pulang ke rumahnya setelah Richard berhenti mengganggunya tadi.
Dan aku menyanggupi permintaannya tersebut.
Kini, Brie sedang berjalan di depanku. Sesekali, dia menoleh ke belakang untuk memastikan keberadaanku lalu tersenyum setiap kali dia melihatku masih ikut berjalan di belakangnya.
"Arthur, aku sangat berterimakasih padamu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi denganku jika aku tidak bertemu denganmu lalu kau menolongku tadi.", ucapnya padaku.
Aku hanya diam dan tidak menanggapinya.
"Tadi, aku sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri acara yang diadakan di desa sebelah. Itu adalah acara rapat penting dalam rangka kegiatan pengembangan desa bersama. Sebenarnya, ayahku yang diundang untuk hadir ke acara tersebut. Tapi, jadwal acara itu bersamaan dengan ayahku yang juga harus menghadiri acara yang lebih penting yang diadakan di kota. Jadi, aku yang datang ke acara desa sebelah untuk mewakili ayahku sementara ayahku menghadiri acara yang ada di kota. Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya aku pergi dan pulang malam dari suatu acara. Dan selama ini, aku baik-baik saja saat pulang malam. Tapi, aku tidak menyangka bahwa tadi Richard sudah menghadangku di perbatasan desa dekat hutan serta berniat jahatnya padaku.", Brie bercerita panjang panjang lebar.
Tapi, aku hanya diam dan tetap tidak menanggapinya. Aku tidak terbiasa dengan hal seperti ini. Karena sejak tiga tahun aku mendapatkan penolakan dan dikucilkan oleh warga desa di sini, belum pernah ada seorang pun di desa ini yang berani mengajakku berbicara panjang lebar dan seakrab ini, kecuali orang tuaku tentunya. Baru hari ini, ada seorang warga desa, yaitu Brie, yang berbicara serta bercerita panjang lebar padaku tanpa rasa takut atau tidak nyaman sedikit pun.
"Oh ya, apa kau tadi sedang dalam perjalanan pulang dari rumah orang tuamu, Arthur?", Brie berbicara lagi.
Kali ini, aku hanya berdehem untuk menjawab pertanyaannya.
Lagi-lagi, Brie tersenyum saat menoleh dan melihatku.
Sekarang, aku jadi semakin heran. Bagaimana bisa dia tidak takut sama sekali dan malah mengajakku mengobrol panjang lebar layaknya teman akrab seperti ini? Padahal, sebelumnya kami tidak pernah berbicara. Bahkan, sejak aku belum menerima penolakan dan pergi ke New York dulu. Aku memang tahu bahwa Brie adalah tetanggaku dan putri kepala desa tempatku tinggal. Tapi, dia tidak sepantaran denganku. Seingatku, saat sekolah dulu dia adalah junior dua atau tiga tahun di bawahku. Maka dari itu, sejak dulu pun kami tidak pernah dekat.
Selama berjalan, Brie terus mengajakku berbicara. Sedangkan, aku menanggapinya dengan tidak berminat atau sekenanya.
Sekitar lima menit kemudian, kami sudah masuk ke perumahan desa. Kebetulan, letak rumah Brie, yang tak lain juga rumah kepala desa, termasuk dari deretan rumah yang paling dekat dengan perbatasan, mungkin jaraknya hanya tinggal seratus meter dari posisi kami saat ini. Jadi, aku berhenti dan membiarkannya berjalan sendiri. Tapi, kemudian Brie menoleh ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For The Beast
RomanceArthur Horrace, seorang mantan anggota mafia yang kembali ke desa tempat tinggalnya di Woodstock. Namun, hampir seluruh warga desa membenci dan mengucilkannya. Apalagi, dengan penampilannya yang garang, berambut panjang dan lengan yang penuh tattoo...