~ARTHUR~
"Daddy...! Daddy...!", Callum Horrace, putraku dengan Brie memanggilku seraya berseru senang ketika melihat mobilku berhenti di halaman rumah.
Aku yang baru saja pulang dari acara rapat di balai desa, segera keluar dari mobil lalu menghampirinya yang kini tengah digendong oleh Brie.
"Hai, Boy...!", balasku padanya.
Callum tertawa senang lalu mengulurkan kedua tangannya padaku bermaksud memintaku agar menggendongnya.
Dan aku langsung menyambutnya dengan senang hati. Aku menggendongnya lalu mencium pipinya dengan gemas.
"Apakah sejak tadi kau menunggu Daddy?", tanyaku pada Callum.
"Ya, Daddy. Callum dan Mommy sejak tadi menunggu Daddy.", balas Callum dengan gaya bicara yang lucu dan penuh semangat, mengingat kini dia baru berusia dua tahun.
"Lihatlah. Betapa senangnya dia saat melihat kau datang. Dia langsung melupakanku dan meminta agar kau menggendongnya.", Brie berkata sambil mengelus sayang rambut Callum yang berwarna coklat gelap dan tebal. "Apakah benar begitu, Sayang? Kau selalu mengabaikan Mommy saat sudah bersama Daddy?", Brie berbicara pada Callum lalu menciumi pipinya dengan gemas.
Callum tertawa mendapatkan ciuman dari Brie.
"Tentu saja. Karena aku adalah Daddy-nya. Sudah pasti Callum akan selalu sayang dan menempel padaku, seperti Mommy-nya.", balasku yang langsung mendapatkan hadiah berupa senyum cerah dari Brie.
"Benar sekali. Aku tidak bisa protes pada Callum karena aku sendiri juga sangat senang dan selalu ingin menempel padamu.", balas Brie lalu mencium bibirku. Setelah itu, Brie merangkul sebelah lenganku lalu mengajakku berjalan masuk ke dalam rumah. "Oh ya, bagaimana acara rapat yang kau hadiri di balai desa tadi? Dan hal apa yang kalian bahas dalam rapat tadi?", Brie bertanya sambil kami berjalan.
"Dalam rapat tadi, kami membahas persiapan acara festival tahunan desa yang akan diadakan bulan depan. Dan tadi, para warga desa menunjuk diriku sebagai ketua panitia untuk acara festival tahunan tersebut."
"Oh, itu bagus. Aku senang mendengarnya. Kau pasti akan sangat keren saat menyampaikan pidato sebagai ketua panitia ketika acara festival itu digelar bulan depan. Dan aku akan selalu mendukungmu.", balasnya senang dan antusias.
Aku tertawa mendengar ucapan Brie.
Sekarang, kami sudah sampai di ruang tengah lalu duduk di sofa.
Memang beberapa bulan sejak Callum lahir, aku sedikit merenovasi rumahku. Aku membuat satu kamar tambahan yang mana itu menjadi kamar Callum serta memperluas ruang tengah. Selain itu, aku juga mengisi ruang tengah dengan sofa yang baru dan nyaman lalu memasang karpet sebagai tempat berkumpul dan bermain dengan Callum.
Aku dan Brie duduk di sofa dengan Callum yang tetap berada di gendonganku.
"Terimakasih, Sayang.", balasku atas rasa senang, antusias dan dukungan yang dia berikan. "Tapi, itu berarti mulai sekarang aku akan lebih sibuk daripada biasanya. Karena akan ada rapat rutin seminggu sekali yang harus kuhadiri untuk mempersiapkan acara festival bulan depan. Belum lagi saat acara festivalnya sudah semakin dekat, aku pasti akan lebih sibuk lagi."
"Tidak apa-apa. Kau hanya akan menghadiri rapat selama beberapa jam, bukan sepanjang hari. Lagipula, itu adalah hal yang bagus untukmu. Dengan kau menjadi ketua panitia untuk acara festival tahunan desa, kau jadi bisa lebih sering lagi bertemu dan berinteraksi dengan para warga desa. Selain itu, jika para warga sendiri yang menunjukmu sebagai ketua panitia, itu berarti mereka sudah menyadari bahwa kau mampu melakukan tugas itu. Aku sangat bangga padamu, Arthur.", ucap Brie senang lalu mencium pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For The Beast
RomantikArthur Horrace, seorang mantan anggota mafia yang kembali ke desa tempat tinggalnya di Woodstock. Namun, hampir seluruh warga desa membenci dan mengucilkannya. Apalagi, dengan penampilannya yang garang, berambut panjang dan lengan yang penuh tattoo...