Bab 12

1.8K 156 32
                                    

~BRIE~

Aku sedang menangis sambil duduk di undakan teras depan rumah Arthur. Aku menangis karena merasa sedih sekaligus marah atas sikap dan perlakuan Arthur padaku tadi.

Aku sangat kesal karena Arthur sudah berkata kasar dengan menuduhku bersifat munafik serta menyamakanku dengan para warga desa yang membencinya. Padahal, aku tidaklah seperti itu. Karena begitu marah dan kesal, aku sampai berkata panjang lebar mengoreksi segala kesalahan dan sikap buruknya selama ini. Bahkan, yang lebih parah lagi, aku sampai berani mengungkapkan perasaanku padanya. Aku terlalu terbawa emosi hingga tanpa sadar aku mengatakan pada Arthur bahwa aku mencintainya.

Dan sekarang, aku menyesali perbuatanku tersebut. Khususnya, bagian saat aku mengatakan bahwa aku mencintai Arthur. Aku jadi merasa sangat malu karena sekarang Arthur sudah tahu bagaimana perasaanku padanya. Jika sudah begini, aku harus bersikap bagaimana di depan Arthur nanti?

Ketika aku tengah menangis karena memikirkan perbuatanku tadi, tiba-tiba aku merasakan sebuah selimut menutupi tubuhku. Memang saat ini aku sedang mengenakan pakaian yang terbuka, yaitu hanya berupa gaun tidur pendek bermodel seksi. Dan aku baru sadar karena pakaianku yang terbuka tadi, aku jadi merasa kedinginan.

Setelah selimut hangat terpasang di tubuhku, aku melihat Arthur mendudukkan dirinya di undakan teras tepat di sebelahku.

Sekarang, ada aku dan Arthur yang duduk di undakan teras. Aku masih menangis kecil dan tidak ingin berbicara dengan Arthur. Sedangkan, Arthur juga ikut diam tapi tetap duduk di sebelahku. Baru setelah aku sudah sepenuhnya berhenti menangis, Arthur berbicara padaku.

"Aku minta maaf.", ucap Arthur tiba-tiba.

Dan ucapan permintaan maafnya itu berhasil menarik perhatianku. Aku menoleh dan menatapnya. Tapi, aku masih diam dan tidak berbicara dengannya.

"Maafkan aku karena tadi sudah bersikap kasar dan keterlaluan padamu.", Arthur menjeda kalimatnya lalu menghela napas lelah. "Ya. Kau benar. Aku yang salah dan bermasalah di sini. Selama ini, aku memang menyalahkan orang-orang di desa ini atas penolakan mereka terhadap diriku. Maka dari itu, aku berubah menjadi pribadi yang menutup diri. Selain itu, secara tidak langsung aku juga semakin memperkuat asumsi buruk warga desa terhadap diriku, yang mana itu menyebabkan mereka semakin membenci dan menjauh dariku. Aku sudah terbiasa ditolak dan dikucilkan oleh para warga hingga aku merasa kesepian. Karena terlalu lama kesepian dan menyendiri, aku sampai lupa bagaimana caranya bersosialisasi dengan orang lain di desa ini. Aku sudah berubah menjadi pribadi tidak banyak bicara dan tidak pandai berkomunikasi dengan orang lain. Sekalinya aku bicara dengan orang lain di desa ini, kalimat yang keluar pun adalah kalimat kasar dan terkesan kejam. Semua perkataan kasar itu keluar secara spontan dari mulutku karena aku marah dan menyalahkan orang-orang atas sikap mereka yang selama ini tidak adil padaku. Tapi, semua itu langsung berubah ketika kau datang dan masuk ke dalam hidupku. Kehadiranmu membuat semuanya terasa baru dan berbeda bagiku. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana dalam menerima dan menghadapi kehadiranmu. Itu sebabnya aku selalu bersikap bodoh dan kasar padamu. Kupikir dengan aku mendorongmu menjauh dariku, kau akan lebih bahagia. Karena aku sadar bahwa diriku ini tidak pantas untukmu. Tapi, yang ada segala sifat dan perbuatanku itu justru semakin menyakitimu.", imbuhnya dengan frustasi.

Sekarang, aku jadi merasa kasihan pada Arthur. Inilah salah satu sisi baik dari Arthur yang kumaksud. Sebenarnya, Arthur adalah pria yang baik dan berhati lembut. Tapi, lingkungan di sekitarnya yang sudah membuat dia berubah menjadi sosok yang lain dan tidak disukai oleh orang-orang.

"Aku tahu bahwa yang kau alami selama ini tidak mudah, Arthur. Dan aku juga tahu bahwa selama ini kau mendapatkan perlakuan tidak adil dari para warga. Aku tahu dan mengerti tentang apa yang kau alami dan rasakan selama ini. Tapi, kau juga salah jika melimpahkan semua kesalahan pada para warga. Karena bukan hanya mereka yang bersikap tidak adil padamu, melainkan kau juga. Selama ini, kau tidak bersikap adil pada dirimu sendiri karena membiarkan dirimu terbelenggu oleh rasa penyesalan, kecewa dan amarah hingga membuatmu mengunci diri dalam kesendirian. Itu sebabnya kau merasa kesepian dan menderita. Maka dari itu, mulai sekarang cobalah untuk membuka diri. Jangan lagi terbelenggu dalam kesepian dan amarah. Dengan begitu, akan terasa lebih mudah bagimu untuk melalui semua ini. Selain itu, aku yakin bahwa tidak semua orang di desa membencimu, Arthur. Mungkin, ada beberapa dari mereka yang biasa saja dan tidak membencimu. Dan mungkin juga, beberapa dari mereka sudah melupakan, tidak mempedulikan dan bisa menerima masa lalumu.", aku mencoba menyemangatinya.

Love For The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang