Bab 22

1.3K 108 34
                                    

~BRIE~

Sudah seminggu berlalu sejak Arthur mengungkapkan perasaan cintanya padaku serta aku dan Arthur bercinta untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, hubungan kami jadi lebih hangat dan intim. Arthur juga semakin sering menunjukkan sikap romantisnya padaku. Dia jadi sering tersenyum dan tertawa saat bersamaku. Dan itu membuatku jadi merasa sangat bahagia.

Ngomong-ngomong soal Arthur, sekarang dia sedang pergi ke hutan. Biasanya, aku akan ikut dengannya ke hutan. Tapi, hari ini tidak. Karena hari ini adalah jadwalku berbelanja kebutuhan sehari-hari. Jadi, saat Arthur pergi ke hutan, aku pergi ke pasar yang ada di desa.

Tapi, ada hal yang membuatku sedikit tidak percaya saat aku ke pasar tadi. Karena saat aku berbelanja dan bertemu dengan orang-orang di pasar, cukup banyak diantara mereka yang menyapa lalu bertanya tentang kabarku dan Arthur. Memang sejak kejadian dimana aku bertengkar dengan Selly di festival kurang lebih seminggu yang lalu, aku dan Arthur belum muncul lagi di keramaian desa. Jadi, aku cukup terkejut dengan perubahan sikap warga desa yang kini jadi tidak biasa padaku dan Arthur.

Selain itu, ada juga beberapa dari mereka yang mengatakan bahwa mereka ingin meminta maaf pada Arthur. Sebagian besar dari mereka yang ingin meminta maaf, tidak berani mengatakan permintaan maafnya pada Arthur secara langsung. Karena mereka merasa malu atas sikap mereka yang buruk kepada Arthur selama ini. Mereka juga merasa sangat malu karena selama ini mereka menikmati fasilitas yang dibangun di desa serta kondisi perekonomian mereka yang membaik, yang mana itu semua secara tidak langsung adalah karena bantuan donasi dari Arthur.

Maka dari itu, mereka mengatakan padaku agar aku menyampaikan permintaan maaf serta rasa terimakasih mereka pada Arthur. Selain itu, mereka juga meminta agar aku sering-sering mengajak Arthur ke keramaian desa. Dengan begitu, mereka bisa lebih cepat akrab dengan Arthur. Lalu, mereka bisa meminta maaf pada Arthur secara langsung.

Tentu saja, aku merasa senang atas niat baik dari para warga. Aku senang karena sekarang warga desa Woodstock sudah sadar bahwa Arthur bukanlah pria buas, kejam dan tidak punya hati seperti yang mereka pikirkan selama ini. Mereka sudah sadar bahwa sebenarnya Arthur adalah pria yang baik. Dan seperti permintaan mereka tadi, aku akan menyampaikan permintaan maaf serta terimakasih mereka pada Arthur saat Arthur sudah pulang nanti.

Setelah aku berbelanja di pasar, seperti biasa aku juga mampir ke rumah orang tua dan mertuaku. Tapi, hari ini aku tidak mampir lama di rumah mereka. Karena tadi Arthur mengatakan bahwa dia tidak akan lama di hutan dan akan pulang saat jam makan siang. Maka dari itu, setelah mampir sebentar ke rumah para orang tua, aku langsung pulang ke rumah.

Tepat ketika aku baru selesai mencuci dan memasukkan bahan makanan yang kubeli di pasar tadi ke dalam kulkas, aku mendengar suara Arthur memanggilku.

"Brie..."

"Di dapur. Sebentar, aku akan membukakan pintu. ", teriakku.

Lalu, aku berjalan sedikit cepat ke arah depan untuk membuka pintu. Dan seketika, aku terkejut saat melihat apa yang kini sedang dibawa oleh Arthur.

"Arthur...", ucapku merasa terkejut, senang, terpesona sekaligus tidak percaya.

Bagaimana tidak? Sekarang, Arthur sedang berjalan mendekat ke arah teras rumah sambil sebelah pundaknya memanggul kursi bersantai kayu yang kutebak itu adalah kursi buatannya sendiri. Setelah itu, dia menurunkan kursi bersantai itu di teras rumah. Arthur tersenyum padaku. Dia tampak berkeringat. Tapi, dia tidak terengah-engah walaupun membawa barang berat seperti kursi bersantai tadi dari hutan sampai ke rumah. Suamiku ini benar-benar kuat... dan juga panas.

"Dulu, kau memintaku agar membuatkan kursi bersantai untukmu. Dan sekarang, kursinya sudah jadi.", Arthur berbicara padaku.

Aku tersenyum lebar karena merasa sangat senang atas kejutan yang dia berikan.

Love For The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang