Bab 15

1.8K 142 9
                                    

~ARTHUR~

Aku tidak pernah menyangka akan ada momen seperti ini di dalam rumahku. Momen dimana aku, istriku, orang tua dan mertuaku makan, mengobrol hangat dan bersenda gurau bersama. Hari ini, para orang tua sengaja datang ke rumahku untuk memberikan kejutan pada Brie yang sedang berulang tahun. Mereka semua berada di sini sepanjang hari hingga hampir larut malam. Setelah acara tiup lilin, potong kue, memasak dan makan malam bersama, para orang tua baru pulang ke rumah mereka masing-masing.

Sekarang, hanya aku dan Brie yang berada di rumah karena para orang tua sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Brie sedang membereskan peralatan makan yang kami gunakan untuk makan malam bersama tadi. Dan aku membantunya. Jangan heran atau bertanya kenapa aku mau membantu Brie melakukan semua pekerjaan ini. Karena aku sudah mengatakan padanya bahwa aku ingin berubah menjadi lebih baik dan membuka diri. Maka dari itu, aku bersikap baik padanya dengan cara membantunya.

"Pekerjaan ini sudah hampir selesai. Biarkan aku yang menyelesaikan sisanya. Dan kau mandi dulu.", Brie berkata padaku.

"Baiklah.", balasku tanpa mendebat atau banyak berkomentar.

Setelah itu, aku pergi dari dapur lalu masuk ke kamar dan mandi.

Sekitar lima belas menit kemudian, aku sudah selesai mandi. Ketika aku keluar dari kamar mandi, itu bertepatan dengan Brie yang masuk ke dalam kamar.

"Wow, kau sudah tampak segar... dan panas.", ucap Brie seraya tersenyum menggodaku. Seperti biasa, matanya selalu menelusuri tubuh bagian atasku yang telanjang. Walaupun wajahnya memerah, tapi dia tidak tampak malu-malu dan malah bersikap terang-terangan menunjukkan rasa kagumnya terhadap penampilanku.

"Cepatlah mandi. Airnya sudah mulai dingin.", kataku memilih untuk tidak menanggapi godaannya.

Brie tertawa kecil.

"Baiklah. Aku akan mandi sekarang. Jangan tidur dulu. Tunggu aku. Oke?", Brie berkata lalu masuk ke dalam kamar mandi sambil bersenandung riang.

Sedangkan, aku hanya menggeleng melihat segala tingkah lakunya. Terkadang, aku heran dengan sikapnya. Selama ini, Brie selalu terang-terangan dan sangat berani menggodaku. Tidak jarang, tatapan dan godaannya itu membuatku risih dan salah tingkah.

Dalam kebanyakan kasus, bukankah seharusnya pria yang menggoda wanita? Tapi, tidak antara aku dan Brie. Selama ini, Brie yang sering sekali menggodaku. Dia terang-terangan memuji dan mengagumi penampilanku. Bahkan, dia juga sering kali memakai pakaian tidur bermodel seksi lalu menggodaku dengan sentuhan-sentuhan kecilnya yang nakal saat kami berada di ranjang dan hendak tidur. Selain itu, dia juga tidak malu-malu lagi mengatakan bahwa dia mencintaiku.

Lalu, bagaimana denganku? Apakah aku tergoda padanya? Kuakui bahwa semakin ke sini, pertahanan diriku terhadap Brie semakin melemah. Bayangkan saja, Brie adalah wanita yang sangat cantik. Tubuhnya tinggi, ramping dan seksi bak model. Dia benar-benar wanita yang menarik secara fisik. Dan aku yang merupakan pria normal, tentu saja tergoda padanya. Apalagi, ketika melihatnya mengenakan gaun tidur yang pendek dan seksi setiap malam.

Tapi, ego dalam diriku masih sangat tinggi. Selain itu, aku juga tidak yakin dengan perasaanku padanya. Aku memang sudah merasa lebih nyaman saat berkomunikasi atau berbicara dengannya. Namun, kurasa aku masih belum mencintainya.

Selain itu, aku juga sadar dan merasa bahwa diriku ini tidak pantas untuknya. Aku adalah pria yang kacau dan bermasalah. Sedangkan, Brie adalah wanita yang cantik dan sangat baik. Dia adalah satu-satunya gadis di desa ini yang tidak takut padaku serta memperlakukanku dengan baik. Dia juga sangat tulus dan menghargaiku. Karena kebaikannya itu, aku sering kali berpikir bahwa dia pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik daripada aku. Maka dari itu, aku berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak menyerang lalu menyentuhnya.

Love For The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang