~BRIE~
Sekarang, aku sedang berada di balai desa untuk menghadiri acara kerja bakti. Dan Arthur tentu saja ikut bersamaku.
Sejak Arthur ikut para ayah menghadiri acara rapat bulanan beberapa minggu yang lalu, warga desa selalu mengajak dan melibatkan Arthur untuk ikut serta dan menghadiri segala acara yang diadakan di desa. Seperti sekarang misalnya.
Sekarang, desa sedang mengadakan acara kerja bakti untuk persiapan musim hujan mendatang. Para pria yang bekerja melakukan kegiatan kebersihan. Sedangkan, para wanita bekerja di bawah tenda menyiapkan makanan ringan dan makan siang untuk para pria ketika mereka selesai bekerja bakti nanti.
Sambil membantu para wanita yang lain menata makanan ringan yang sudah jadi ke dalam piring, aku memperhatikan Arthur yang kini sedang bekerja bakti mengangkat batang pohon yang sudah tumbang bersama para warga yang lain.
"Arthur, bisakah kau membantu kami mengangkat batang kayu ini?", seorang warga desa berbicara pada Arthur.
"Ya. Aku akan datang ke sana setelah memindahkan kayu ini.", balas Arthur yang sedang menepikan kayu di sisi lain tempat kerja bakti. Kemudian, Arthur berjalan ke arah pria yang memanggilnya tadi. Lalu, dia mengangkat batang pohon berukuran cukup besar dan menepikannya sendiri.
"Kau kuat sekali, Arthur. Jika kami yang mengangkatnya, pasti butuh setidaknya tiga orang agar bisa menepikan batang kayu itu. Tapi, kau bisa melakukannya sendirian.", seru seorang warga.
Arthur hanya tertawa mendengar pujian dari warga.
"Lain kali, kau harus ikut kami melakukan kerja bakti lagi. Karena kau sangat membantu kami di sini, Arthur.", seru warga yang lain.
"Tentu. Aku akan ikut. Aku senang bisa ikut membantu bekerja di desa ini.", balas Arthur.
"Kau beruntung memiliki putra yang sangat kuat seperti Arthur, Mr. Horrace. Dan kau juga, Mr. Wesley. Karena putra dan menantu kalian ini sangat kuat, kalian bisa sering-sering minta tolong dan dia pasti bisa membantu kalian dalam banyak hal, terutama jika kalian sedang melakukan pekerjaan berat.", seorang warga berkata pada ayah dan ayah mertuaku.
"Ya. Aku sangat beruntung karena Arthur adalah putraku.", balas ayah mertuaku.
"Arthur juga banyak sekali membantu pekerjaanku. Dia adalah menantu yang sangat baik.", ayahku juga ikut menambahkan.
Sementara, Arthur hanya tersenyum malu karena sejak tadi warga desa tidak berhenti memujinya.
Setelah itu, mereka semua kembali bercengkerama sambil melanjutkan kerja bakti.
Sedangkan, aku ikut tersenyum memperhatikan Arthur yang sekarang sudah benar-benar diterima dan dapat berinteraksi kembali dengan seluruh warga desa. Arthur terlihat senang dan menikmati saat semua orang memanggil, minta tolong dan berkomunikasi dengannya.
Ya, semua orang. Termasuk Richard. Selain itu, Richard juga tampak bersikap sedikit canggung dan sungkan pada Arthur. Mungkin, dia merasa malu karena selama ini dia selalu membangga-banggakan statusnya sebagai orang terkaya di desa Woodstock. Padahal, kekayaan Richard itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kekayaan Arthur. Selain itu, Richard dan keluarganya juga terkenal pelit. Walaupun mereka sering kali melabeli diri mereka sebagai orang terkaya di desa, tapi mereka hampir tidak pernah melakukan donasi untuk kegiatan pembangunan desa, kecuali donasi dan iuran wajib tentunya. Richard dan keluarganya sangat berbeda dari Arthur. Karena Arthur sangat dermawan, rendah hati dan tidak pernah memamerkan kekayaannya pada siapapun walaupun dia sangat kaya dan memiliki banyak aset serta perusahaan yang cukup besar dan maju di New York sana.
"Brie, bisakah kau mengantarkan makanan ringan ini untuk para pria?", ibuku berbicara padaku.
"Harus aku yang membawa semua piring ini kepada para pria di sana?", tanyaku sambil menunjukkan jari ke arah banyaknya piring yang tertata dan di dalamnya sudah terdapat makanan ringan. Aku tidak bisa membayangkan harus berapa kali aku bolak-balik dari tenda ke lokasi kerja bakti jika aku yang harus membawa semua piring ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For The Beast
RomanceArthur Horrace, seorang mantan anggota mafia yang kembali ke desa tempat tinggalnya di Woodstock. Namun, hampir seluruh warga desa membenci dan mengucilkannya. Apalagi, dengan penampilannya yang garang, berambut panjang dan lengan yang penuh tattoo...