Bab 5

1.7K 150 24
                                    

~ARTHUR~

Sama seperti hari-hari biasanya, pagi ini aku bangun jam tujuh lalu mandi dan bersiap memulai pekerjaanku. Pekerjaan yang kumaksud adalah memantau perkembangan saham-sahamku serta mengontrol perusahaanku yang berada di New York. Dan aku melakukan semua pekerjaan tersebut di rumahku yang terletak di pinggir desa dekat hutan ini.

Jika ada yang bertanya, bagaimana aku bisa mengakses semua pekerjaanku tersebut yang mana semuanya kulakukan secara jarak jauh? Tentu saja itu semua bisa kulakukan karena adanya jaringan internet.

Sebelumnya, aku sudah mengatakan bahwa aku adalah donatur tetap untuk kegiatan pembangunan di desa Woodstock. Setiap tahun dalam tiga tahun ini, aku selalu mendonasikan sejumlah besar uang untuk pembangunan desa. Dan salah satu yang menjadi fokus donasiku tersebut adalah untuk pembangunan infrastruktur jaringan telepon dan internet.

Karena jumlah uang yang kudonasikan cukup besar, maka pembangunan infrastruktur dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Sekarang, seluruh warga dapat menikmati dan mengakses jaringan telepon dan internet dengan sangat mudah di setiap sudut desa. Bahkan, di rumahku yang sedikit terpencil ini, jaringan telepon dan internet pun juga dapat diakses dengan mudah dan lancar tanpa kendala apapun. Itu sebabnya aku tidak merasa kesulitan untuk melakukan pekerjaanku secara jarak jauh tersebut.

Setelah bangun, aku langsung mandi. Baru setelah itu, aku keluar kamar dan ke dapur untuk memasak sarapan sebelum aku memulai pekerjaanku.

Rumahku yang ada di perbatasan desa pinggir hutan ini memang tidak terlalu besar. Mungkin jika disamakan dengan bangunan yang ada di kota, ukuran luas rumahku ini hanya sebesar apartemen. Rumahku hanya memiliki dua kamar, yang mana satu kamar adalah kamar tidur dan kamar yang lain kugunakan sebagai ruang kerjaku. Lalu, ada kamar mandi yang terletak di dalam kamar, dapur yang menyatu dengan ruang makan, ruang tengah dan ruang tamu.

Aku sengaja membangun rumah tidak terlalu besar karena aku pikir hanya aku sendiri yang akan tinggal di rumah ini. Selain itu, saat itu aku juga hanya diberi waktu yang singkat untuk membangun rumah ini selagi aku diperbolehkan warga untuk tinggal sementara di rumah orang tuaku. Warga desa hanya memberi waktu maksimal satu bulan bagiku untuk boleh tinggal di rumah orang tuaku. Karena mereka sangat ingin aku cepat-cepat mengasingkan diri dan menjauh dari mereka. Tapi, lagi-lagi karena kebaikan kepala desa Woodstock, yang tidak lain adalah Mr. Wesley, aku diberikan perpanjangan waktu selama dua minggu hingga rumah kecilku yang terletak di perbatasan desa ini selesai dibangun.

Ngomong-ngomong soal rumahku yang kecil, antara ruang tamu, ruang tengah hingga dapur yang menyatu dengan ruang makan, semuanya berhubungan langsung dan tidak ada sekat pembatas antar ruangan. Aku sengaja tidak membuat sekat antar ruangan agar rumahku tidak terkesan sempit. Karena model rumah yang ruangannya saling berhubungan dan menyatu layaknya apartemen ini, rumahku yang kecil ini akan tampak dan terasa lebih luas.

Karena itulah, saat aku keluar kamar, aku bisa langsung melihat keadaan luar rumahku melalui jendela karena tidak ada sekat yang membatasi antara kamarku dengan ruang tamu. Saat aku sedang berjalan menuju ke dapur, tiba-tiba aku menangkap pemandangan seperti seseorang sedang mengintip ke dalam rumahku melalui kaca jendela. Karena penasaran, aku berjalan ke arah depan lalu membuka pintu untuk melihat siapa orang yang mengintip dari luar tadi. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat Brie, putri Mr. Wesley, sudah berdiri di depan rumahku.

"Kau? Untuk apa kau datang ke sini?", tanyaku terkejut dengan nada bicara yang dingin dan tidak ramah.

Bagaimana aku tidak terkejut? Ini adalah pertama kalinya ada orang, selain orang tuaku tentunya, yang datang ke rumahku yang sedikit terpencil ini sejak pengasingan dan pengucilanku sekitar tiga tahun yang lalu.

Love For The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang