~BRIE~
"Ayo, Arthur. Jangan bermalas-malasan. Kita harus segera bersiap untuk pergi ke pasar malam.", kataku seraya berkacak pinggang melihat Arthur yang masih bersantai di ruang tengah sambil menonton televisi.
"Sekarang baru jam lima. Tidak perlu terburu-buru.", balasnya tidak bersemangat.
"Memang benar sekarang baru jam lima. Tapi, perjalanan dari sini ke kota membutuhkan waktu hampir satu jam. Sedangkan, kau masih belum bersiap-siap. Jika kau tidak bersiap sekarang, kita akan sampai di sana terlalu malam, Arthur."
Arthur berdecak seperti kesal mendengar omelanku.
"Oke... oke. Aku bersiap sekarang.", balasnya ketus.
Dengan ekspresi yang keberatan dan tidak bersemangat, Arthur berdiri dari kursi lalu masuk ke dalam kamar. Sedangkan, aku melanjutkan kegiatanku berdandan sambil menunggu Arthur bersiap-siap.
***
"Ayo kita naik roller coaster.", ajakku dengan penuh semangat.
"Tidak.", Arthur menolak dengan tegas.
"Ayolah, Arthur. Sejak tadi, kita hanya berkeliling. Sekarang, aku ingin kita bersenang-senang dengan naik wahana yang ada di pasar malam ini.", aku merengek padanya.
Sebelum Arthur kembali menolak dan mendebatku, aku sudah menariknya menuju ke wahana roller coaster. Walaupun dia terus menggerutu saat aku mendaftarkan kami ke antrian wahana, tapi dia tetap mengikutiku. Dan dalam hati, aku merasa sangat senang karena berhasil membujuk Arthur mengikuti kemauanku.
Rupanya, tidak salah aku mengajak Arthur naik wahana roller coaster. Karena ternyata Arthur juga sangat menikmati wahana ini. Buktinya, sejak roller coaster yang kami naiki tadi bergerak, dia terus berteriak dan terkadang tertawa saat roller coaster melalui lintasan yang menguji adrenalin. Dia terlihat sangat senang dan antusias saat menaiki wahana ini.
Sedangkan, aku malah menikmati ekspresi Arthur. Ini adalah pertama kalinya aku melihat Arthur tertawa dan berekspresi sebebas ini. Biasanya, dia selalu terlihat murung dan tidak pernah tersenyum. Tapi, malam ini dia tertawa dan berteriak lepas karena perasaan senang dan antusias yang dirasakannya. Ini adalah sebuah kemajuan yang besar bagi Arthur karena dia sudah berani meluapkan emosi yang dirasakannya dengan cara yang benar. Semoga saja, ke depannya Arthur bisa lebih bebas dan berani berekspresi lagi seperti ini.
Karena begitu menikmati dan fokus pada Arthur, aku sampai tidak sadar bahwa roller coaster yang kami naiki sekarang sudah berhenti. Kemudian, aku, Arthur dan para penumpang lain turun dari roller coaster.
"Itu tadi terasa menyenangkan.", ucap Arthur dengan ekspresi yang masih tampak senang dan puas. Bahkan, senyum di wajahnya juga belum memudar.
"Sudah kukatakan, bukan? Kita akan bersenang-senang di sini. Maka dari itu, aku memaksamu agar ikut denganku ke pasar malam ini.", aku berkata dengan senang dan bangga.
"Ini adalah pertama kalinya aku naik roller coaster. Dan rasanya sungguh luar biasa menyenangkan. Seperti kita naik kereta tapi dengan kecepatan tinggi yang lebih tinggi.", Arthur bercerita dengan antusias dan bersemangat.
Sungguh, hatiku terasa menghangat dan bahagia melihat Arthur yang seperti ini.
"Apa kau senang, Arthur?"
Arthur tersenyum dan mengangguk. Kali ini, ekspresinya berubah menjadi lembut.
"Ya. Aku senang. Kurasa, pemaksaan yang kau lakukan agar aku ikut ke sini bukanlah ide yang buruk."
Aku tertawa mendengar sindirannya yang bercampur gurau.
"Baiklah. Karena kau merasa senang, maka mulai sekarang aku akan sering-sering mengajakmu melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti ini. Dan kau tidak boleh menolakku saat aku mengajakmu bersenang-senang. Tapi, sebenarnya juga tidak masalah jika kau menolakku. Karena setelah itu aku akan memaksamu dan kau akan tetap mengikuti kemauanku.", kataku penuh percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For The Beast
RomanceArthur Horrace, seorang mantan anggota mafia yang kembali ke desa tempat tinggalnya di Woodstock. Namun, hampir seluruh warga desa membenci dan mengucilkannya. Apalagi, dengan penampilannya yang garang, berambut panjang dan lengan yang penuh tattoo...