~ARTHUR~
"Ada apa kau tiba-tiba datang ke sini?", aku bertanya pada Marsha. Aku masih terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba ke rumahku.
"Aku datang ke sini untuk meminta maaf padamu dan Brie.", jawab Marsha dengan ekspresi menyesal.
Aku mengerutkan dahi karena masih bingung dengan arah pembicaraan Marsha.
"Kemarin, Greg menelponku. Dia mengatakan padaku bahwa kau dan Brie bertengkar karena aku."
Aku masih diam dan menyimak Marsha melanjutkan ceritanya.
"Aku tidak tahu bahwa kau berasal dan tinggal di lingkungan masyarakat ortodoks jika Greg tidak menceritakannya padaku kemarin. Kupikir, selama ini kau menjalani hidup yang baik, Arthur. Tapi, ternyata sekembalinya kau dari New York sekitar tiga tahun yang lalu, kau mengalami dan menghadapi penolakan dari para warga di desa tempat tinggalmu. Greg menceritakan padaku bahwa kau berubah menjadi seorang yang sangat introvert dan menutup diri karena penolakan itu. Bahkan, kau juga sampai tidak mau lagi berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat di sini. Kau sendirian dan kesepian karena dikucilkan oleh para warga. Kau menderita dan tidak bahagia karena penolakan dan pengucilan itu. Tapi, semua itu berubah sejak kau menikah dengan Brie. Brie yang membuatmu kembali membuka diri hingga sekarang kau sudah bisa diterima dan dapat bersosialisasi kembali dengan masyarakat di desamu. Aku tahu bahwa penolakan yang kau alami itu sangat berat dan membuatmu menderita. Aku juga tahu bahwa sanksi sosial serta penolakan dari masyarakat sekitar yang kau alami itu jauh lebih menyakitkan daripada saat kau mengalami masa-masa sulit karena kekurangan uang dan materi saat di New York dulu. Dan saat kau sedang mengalami masa-masa tersulitmu karena penolakan dari para warga itu, ada Brie yang selalu mendukung dan menemanimu. Dia yang selalu ada di sampingmu saat semua warga desa menolak dan menjauhimu. Dan dia juga yang telah mengembalikan senyum, tawa dan kebahagiaan ke dalam dirimu. Sekarang, aku menyadari semua itu. Aku menyadari betapa penting dan berharganya Brie bagi dirimu, Arthur."
"Ya. Itu memang benar. Brie yang telah mengubahku. Dia juga yang telah mengembalikan senyum, tawa dan kebahagiaanku. Dia adalah wanita yang sangat berarti dan berharga bagiku. Karena dia sangat mencintaiku. Dan aku juga sangat mencintainya.", aku menyetujui ucapan Marsha sambil membayangkan betapa berharganya Brie bagiku.
"Maka dari itu, sekarang aku datang ke sini untuk meminta maaf karena sudah membuat kalian berdua bertengkar. Karena ketidaktahuanku akan penderitaan yang kau alami selama ini, aku dengan egoisnya protes padamu karena tidak terima atas peringatan dan larangan istrimu agar aku tidak terlalu dekat denganmu. Setelah kupikir-pikir, istrimu benar. Mulai sekarang, aku tidak boleh terlalu dekat lagi denganmu. Kita sudah memiliki batasan sekarang, terutama kau yang sudah menikah. Aku bisa mengerti kenapa Brie merasa cemburu seperti itu saat melihat kedekatan kita. Karena dia sangat mencintaimu.", Marsha menjeda kalimatnya lalu mendesah lelah. "Kalau boleh jujur, sebenarnya aku juga mencintaimu, Arthur. Tapi, aku juga sadar bahwa selama ini kau hanya menganggapku sebatas teman baikmu, tidak lebih. Dan aku bisa menerima itu. Walaupun kau tidak akan pernah bisa membalas rasa cintaku, tapi aku ingin tetap menjadi teman baikmu. Sebagai teman yang baik, aku akan selalu mendukung apapun keputusanmu jika memang hal itu membuatmu merasa bahagia. Karena kebahagiaanmu adalah Brie, maka aku juga akan ikut bahagia serta mendukung pernikahan kalian. Dan sekarang, aku merasa sangat malu dan menyesal karena sudah menjadi penyebab pertengkaran kalian serta membuat kekacauan seperti ini. Tolong maafkan aku, Arthur.", Marsha berkata dengan penuh penyesalan.
"Ya. Aku memaafkanmu, Marsha. Aku juga ingin meminta maaf padamu karena selama ini tidak menyadari perasaanmu padaku. Aku benar-benar tidak tahu bahwa ternyata selama ini kau mencintaiku kalau Greg tidak mengatakannya padaku beberapa hari yang lalu. Dan maafkan aku karena aku tidak bisa membalas perasaan cintamu padaku. Aku tidak bisa menganggapmu lebih dari sekedar teman baik. Karena seluruh cinta dan hatiku sudah menjadi milik istriku. Aku sangat mencintai istriku hingga rasanya tidak ada ruang lagi dalam hatiku yang tersisa untuk wanita lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For The Beast
RomanceArthur Horrace, seorang mantan anggota mafia yang kembali ke desa tempat tinggalnya di Woodstock. Namun, hampir seluruh warga desa membenci dan mengucilkannya. Apalagi, dengan penampilannya yang garang, berambut panjang dan lengan yang penuh tattoo...