00

4.6K 507 181
                                    

⚠️Konsep cerita ini mungkin bakal tabu untuk sebagian orang, jadi tolong baca deskripsi sebelum membaca. Tidak akan menyenggol hal sensitif, ceritanya cerita romantis biasa, tapi konsepnya yang berbeda dari kebanyakan cerita. Lebih disarankan untuk 18 keatas, meskipun tidak ada adegan eksplisit (tidak ada adegan s*x dan kekerasan yang eksplisit).⚠️

▪️
▪️
▪️

Kenna hanya terdiam saat menatap sebuah undangan pernikahan yang berada di tangannya.

"Nanti dateng, ya?" ujar Megan, si pemberi undangan tersebut, sekaligus orang yang akan menikah itu.

Kenna hanya mengangguk-angguk, tanpa berani melihat ke arah perempuan berambut ikal dan panjang itu.

Megan menghela napas, ia mengerti kenapa reaksi Kenna seperti itu.

"I'm sorry," gumam Megan.

"Enggak, lo gak perlu minta maaf," tukas Kenna sembari menatap Megan, "Jalan yang lo pilih bener kok, gak mungkin juga kan kita... ah, enggak, kita bahkan cuman sahabatan,"

"Lo tau kan alesan gue pernah jauhin lo? Itu karena gue ngerasa hubungan kita jadi lebih kayak sahabat, dan gue takut," tutur Megan.

Kenna mengangguk, "Iya, gue ngerti kok, maaf. Mungkin karena dari guenya yang berlebihan, nempelin lo terus, ngikutin lo kemana-mana, dan bersikap gak normal layaknya ke sahabat,"

"Sikap lo normal, tapi perasaan lo ke gue tetep kerasa. Perasaan lo bukannya gak normal, tapi gue..."

"I know, you straight, i'm sorry,"

"Lo gak perlu minta maaf atas perasaan lo, gue yang minta maaf gak bisa terima perasaan lo."

Kenna kemudian hanya tersenyum.

Megan akhirnya pamit untuk kembali ke meja kerjanya, meninggalkan Kenna sendiri yang seketika langsung menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Ia lalu menoleh ke arah jendela, menatap kosong ke sana.

'Gue pernah suka sama cowok, tapi kenapa udah lama ini yang gue sukain malah sesama terus?' batin Kenna.

°°°

Kenna pergi ke mall setelah pulang kerja, bukan untuk belanja, ia hanya ingin ngopi dan makan makanan apapun di mall, untuk mengusir kesedihannya.

Meskipun Kenna bisa menyukai perempuan, ia tidak pernah berkencan dengan perempuan, jangankan perempuan, laki-laki saja tidak.

Kenna merasa tidak pantas saja untuk siapapun, mengingat ia berbeda dari kebanyakan orang.

Tanpa sadar Kenna melamun di depan eskalator yang bergerak turun, seseorang di belakangnya melirik ke arah wajah Kenna dengan tatapan bingung. Ia akhirnya memutuskan buka suara, untuk menyadarkan gadis itu.

"Permisi," ucapnya, membuat Kenna tersentak kaget, salah satu kakinya sontak melangkah ke depan, dan langsung berpijak pada satu tangga, membuatnya hampir terjatuh ke depan, untungnya seseorang yang tadi menegurnya dengan sigap langsung menangkap pinggangnya, dan ikut naik ke eskalator. Kenna pun akhirnya tidak jadi jatuh, gadis itu langsung menghela napas lega, sembari menatap eskalator dengan tatapan tidak karuan.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang