37

1K 266 38
                                    

Minho tidak tahu harus melakukan apa di dalam rapat, selain memberikan materi yang Bangchan minta, dan menyimak. Isi rapat membandingkan kinerja Bangchan dengan kakek dan ayah mereka, keuntungan yang Bangchan dapat dan berikan pada petinggi, dan lain sebagainya.

Dengan percaya diri Bangchan menyebut dirinya, jauh lebih bisa dipercaya dalam memegang semua aspek penting perusahaan.

Minho tidak pernah terpikir Bangchan akan melakukan hal ini. Kakaknya yang selama ini hanya tahu 'harus menurut pada kakek dan ayah', dan selalu ketakutan dengan kekerasan yang dilakukan mereka, kini hendak melawan secara terang-terangan, dan tidak tanggung-tanggung.

"Dana investor beberapa kali dikorupsi," Minho tersadar dari lamunannya, saat mendengar pembahasan yang Bangchan bawakan selanjutnya.

"Pak Declan," Bangchan menjeda sejenak kata-katanya, untuk melirik Minho, "menjadi salah satu yang terlibat. Tapi pak Declan sendiri sudah saya atasi,"

"Saya selalu berusaha memberantas korupsi yang terjadi di perusahaan, terutama korupsi dana investor. Karena itu jadi salah satu penyebab kerugian terbesar perusahaan. Setelah pak Declan saya atasi, masalah itu sempat berkurang, tapi akarnya masih ada,"

"Satu-satunya jalan untuk memberantas semua masalah yang terjadi di perusahaan, cabut akar masalahnya." Ucap Bangchan sembari tersenyum. Mulut manisnya tidak bisa diragukan, itu semua juga berkat didikkan kakek dan ayahnya, yang menyuruhnya bersikap seperti kupu-kupu yang cantik di depan orang lain.

°°°

Minho menarik kerah baju Bangchan. Pria yang hampir duduk di kursinya untuk menikmati kopi, mengernyit bingung.

"Setelah mertua gue, lo mau nyerang keluarga lo sendiri?" desis Minho.

Bangchan tertawa kecil, "Bukannya lo juga mau nyerang kakak lo sendiri, ya?"

Minho melayangkan pukulan pada wajah Bangchan. Bangchan menggebrak meja, kemudian keluar dari balik mejanya untuk membalas Minho.

"Lo takut, hah? Lo mau gue habisin juga?" desis Bangchan, dengan tangan mencengkeram erat kerah baju Minho, hingga pria itu tercekik.

"Gue udah bener-bener gak tahan sama kelakuan lo, mertua lo udah jelas bikin kerugian besar untuk perusahaan kita. Dan lo tau yang kena imbasnya siapa? Gue bangsat! Padahal kakek dan ayah juga yang bantu dan ikut ngelakuin, tapi karena gue yang selalu tampil, gue yang dianggap gak becus urus perusahaan!"

Minho terdiam, ia hanya mampu menggertakkan giginya.

Buk!

Bangchan menendang perutnya menggunakan lutut, hingga ia jatuh ke lantai.

"Diantara orang-orang di rapat tadi, pasti masih ada yang berpihak sama kakek dan ayah, jadi kita ancam atau habisin mereka sekarang," tutur Bangchan, sembari melangkah kembali ke mejanya, "sekarang posisi lo itu, jadi gue. Lo pengen kan dikasih banyak kepercayaan? Sekarang gue kabulin keinginan lo,"

"Lo pikir gue ada di pihak lo?" desis Minho.

"Sofia dan Han ada di pihak gue," ucap Bangchan, ia lalu menyeringai tipis.

"Gak mungkin!"

"Mungkin, mungkin banget."

Minho bangkit berdiri, menatap Bangchan dengan mata menyalang marah.

"Apa yang lo lakuin sama mereka?"

°°°

Felix meletakkan kopi panas untuk Sofia, kemudian minuman coklat dengan banyak krim kocok untuk Han.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang