16

915 290 78
                                    

"Ngomong-ngomong saya beneran gak boleh masuk?" tanya Bangchan.

Kenna terdiam sejenak untuk mempertimbangkan, dan akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu lebih lebar, kode kalau membolehkan Bangchan masuk.

Bangchan pun lekas masuk dengan langkah semangat, ini pertama kali ia mendatangi rumah perempuan, yang tinggal sendiri pula. Sejujurnya sedikit was-was dengan dirinya sendiri, tapi jarak rumahnya dengan rumah Kenna jauh, jujur, ia sudah lelah menyetir.

"Duduk, Pak," ucap Kenna sembari menunjuk sofa, Bangchan mengangguk, kemudian lekas duduk di sofa.

"Bapak udah makan malem? Mau minum apa?"

"Ada mie instan?"

Kenna melebarkan matanya, "Mie instan?"

Bangchan mengangguk sembari nyengir, "Maaf ngerepotin, mendadak pengen aja mie instan, hehe,"

"Gak papa, ada mie instan, emang cocok buat cemilan malem sih. Minumnya mau apa?"

"Teh manis,"

"Hahaha, kok jadi kayak ayah saya? Bapak langsung keliatan jadi kayak bapak-bapak," canda Kenna.

Bangchan melengkungkan bibirnya ke bawah mendengarnya.

"Oh, tapi sebelum bikinin mie instan, tangan kamu biar saya obatin dulu," kata Bangchan sembari menengadahkan tangannya pada Kenna.

Kenna melihat ke arah telapak tangan kirinya.

"Ini gak papa kok, udah saya cuci pake air, nanti juga kering sendiri," ucap Kenna.

"Luka separah itu, kalau dibiarin nanti infeksi, obatin dulu,"

"Gak usah,"

Bangchan bangkit berdiri lalu menghampiri Kenna yang sontak melangkah mundur, namun pria itu dengan cepat menangkap tangan kiri Kenna yang terluka, kemudian menariknya untuk duduk di sofa. Kenna yang terkejut dengan sikap tiba-tiba Bangchan, jadi tidak memberi perlawanan.

"Emang mau diobatin pake apa?" Tanya Kenna setelah tersadar dari keterkejutannya.

"Kotak obat dimana? Biar saya yang ambil,"

"Emang tau denah rumah saya?"

"Rumah kamu kan kecil, gampang nyarinya. Kalau segede rumah saya, ya bakal susah,"

Kenna menatap datar Bangchan yang kemudian tertawa sendiri.

"Bapak-bapak banget ya pak Christ ini," cibir Kenna.

"Cepet kasih tau, dimana kotak obatnya,"

"Biar saya ambil sendiri,"

"Beneran ngambil kotak obatkan?"

"Iyaa... masak saya mau kabur dari rumah saya sendiri?"

"Ya udah,"

Kenna pun pergi ke kamar mandi untuk mengambil kotak p3k, tetapi sebelum kembali ke ruang tamu, ia terlebih dahulu membersihkan pecahan kaca yang berserak di wastafel, sampai bawah wastafel.

Selesai membersihkan pecahan kaca, Kenna lekas keluar kamar mandi, namun ia seketika memekik melihat Bangchan berdiri di depan kamar mandi.

"Bapak ngapain sih?" Protes Kenna.

"Nungguin, soalnya kok lama," timpal Bangchan.

Kenna menghela napas, "Saya gak akan aneh-aneh, Pak,"

"Gimana saya gak khawatir, kamu bahkan baru ngelukain tangan kamu," ucap Bangchan.

"Ini udah biasa, lagian bukan ngelukain, cuman buat ngeluapin emosi aja,"

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang