28

878 269 29
                                    

Kenna menarik napas, kemudian menghembuskannya. Untuk saat ini ia harus ambil langkah aman, yaitu menuruti kemauan Bangchan. Langkah selanjutnya tentu harus ia pikirkan.

Ia tidak akan mudah dimanipulasi menggunakan kata-kata manis seperti itu.

"Oke, saya mau nginep di rumah Bapak sekarang, tapi besok saya harus ke kantor," ucap Kenna sembari berusaha melepas cengkeraman tangan Bangchan, tapi sulit.

"Saya lepas, kalau udah sampe rumah," kata Bangchan.

"Hah? Bapak gak percaya saya? Bapak pikir saya bakal kabur?" seru Kenna.

"Emang kamu percaya sama saya? Enggakkan? Jadi impas,"

Kenna menatap jengkel Bangchan, rasanya mau marah, tapi ia tahu sulit mengalahkan Bangchan. Mereka memiliki sifat yang hampir sama.

Keduanya pun sama-sama menyadari sedang saling membohongi. Kenna sadar Bangchan sedang berusaha memanipulasinya, sementara Bangchan sadar Kenna sedang akting, menuruti permintaannya. Bisa saja, malah Kenna yang berbalik memanipulasinya.

°°°

Kenna tidak terkejut melihat apartemen Bangchan yang mewah. Yang membuatnya terkejut, Bangchan tidak memiliki banyak perabot dan pajangan di rumahnya, termasuk foto. Foto yang ia pajang hanya satu, yaitu foto keluarganya.

"Kalau saya lepas dari keluarga saya, berarti saya harus pindah, pergi ke tempat yang susah dicari keluarga saya. Makanya saya gak ngisi rumah saya dengan banyak barang, biar gak repot. Bisa-bisa ada jejak juga kalau saya numpuk barang," seolah menyadari keherenan Kenna, Bangchan menjelaskan tanpa diminta.

"Emang Bapak mau pindah kemana?" tanya Kenna.

"Saya punya pulau pribadi, yang gak ada orang tau itu dimana, kecuali Felix," jawab Bangchan.

Kenna tercengang, ia seolah sedang mendengar skrip film.

'Jangan-jangan kalau jadi istrinya dibawa kabur ke sana lagi. Ini orang aslinya siapa sih?' batin Kenna.

"Terus Bapak nanti bakal lost contact aja gitu sama keluarga?" tanya Kenna lagi, yang Bangchan respon dengan anggukkan.

Kenna mengernyit, "Kenapa? Saya gak ngerti. Hah, kayaknya emang dunia kita beda deh,"

"Beda gimana? Kita berpijak di tanah yang sama sekarang. Mending kamu sekarang duduk, biar saya bikinin minum,"

Kenna terdiam sejenak, dan akhirnya memutuskan duduk pada sofa panjang berwarna hitam, yang berada di ruang tamu. Matanya kemudian melihat ke arah meja yang terbuat dari kaca berwarna hitam. Sepertinya Bangchan sangat suka warna hitam, hampir seluruh dekorasi rumahnya berwarna hitam.

Selama Bangchan pergi membuatkannya minum, Kenna memperhatikan sekeliling. Tidak ada yang aneh dari rumah Bangchan, padahal berharap menemukan sesuatu yang membuatnya bisa punya alasan untuk menjauh dari Bangchan.

Kenna bangkit berdiri, kemudian mendekat ke pintu, sepertinya tadi Bangchan tidak menguncinya. Namun saat ia memutar knop, suara seorang perempuan keluar, memintanya menekan pin untuk membuka pintu.

"Aduhh..." gumam Kenna.

Senyuman Bangchan seketika menghilang, disertai rahang mengeras, setelah mendengar suara itu.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang