36 ⚠️

1.5K 261 31
                                    

Han terbangun karena mendengar suara ribut di depan kamarnya. Bocah laki-laki itu mendengus, pasti orang tuanya bertengkar lagi.

Ia tidak mengerti apa masalahnya, tapi mereka selalu menyebut nama pamannya, di setiap pertengkaran mereka.

Han turun dari kasur, kemudian berjinjit untuk membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, pertengkaran ayah dan ibunya langsung berhenti.

"Aku setiap hari jadi mimpi buruk terus, karena denger ayah sama mama berantem," kata Han, sambil mencebikkan bibir.

Sofia, ibu Han, langsung mendekati Han dengan raut wajah merasa bersalah.

"Maaf ya sayang," ucap Sofia.

"Berantemin apa? Harusnya aku yang marah-marah tau, adeknya gak ada-ada, padahal katanya mau beliin,"

Sofia menatap tajam Minho yang langsung buang muka. Yang menjanjikan Han adik selalu Minho, Sofia tidak pernah, karena memang belum siap mengandung lagi.

"Han tidur lagi ya sama Mama," kata Sofia sembari menggendong Han.

Han hanya mengangguk, kemudian memeluk Sofia.

"Ayah ikut!" seru Minho.

"Enggak!" Sofia buru-buru masuk ke dalam kamar Han, kemudian menutup pintunya, tak lupa langsung menguncinya.

Minho berkacak pinggang sembari mendengus.

"Sofia!" teriaknya kesal.

"Stop dulu perbuatan kamu ke kakak kamu! Baru aku mau maafin!" sahut Sofia dari dalam.

°°°

Bangchan membelikan Kenna es krim, mungkin saja itu bisa mengurangi rasa panas di tubuhnya.

Kenna sejujurnya tidak yakin akan berhasil, tapi ia tetap mencobanya. Bangchan juga menyalakan semua AC mobil.

"Seinget saya, beberapa hari lalu kamu lagi PMS," ujar Bangchan.

"Iya, tapi belum menstruasi juga. Kayaknya karena stress," dengus Kenna.

"Gara-gara saya ya stressnya?" tanya Bangchan.

Kenna tidak menjawab, hanya menghela napas.

"Maksud adek Bapak sih? Biar kita bikin kesalahan fatal?" sungut Kenna.

"Ya, udah pasti," gumam Bangchan, ia mengepalkan kedua tangannya, rasanya ingin menghajar Minho saat ini juga.

Ia maupun Kenna jadi tidak berani pulang, akhirnya mereka tetap berada di depan supermarket yang ramai orang.

Es krim Kenna habis, Bangchan langsung mengambil stik dan bungkusnya untuk dibuang.

Kenna tanpa sadar memperhatikan setiap pergerakan Bangchan, seolah terhipnotis. Pria itu tidak langsung masuk ke dalam mobil setelah buang sampah, ia mengobrol sebentar dengan orang asing di depan supermarket.

Kenna jadi ingat sifat yang selalu Bangchan pasang ke publik, ramah dan mudah bergaul. Belakangan melihat sifat aslinya, ia sampai lupa akan hal itu.

Tak lama kemudian Bangchan kembali sembari melirik Kenna dan tersenyum, yang membuat gadis itu menelan ludahnya.

Kenna buang muka, sambil menarik napas. Kapan efek obatnya hilang? Pikirnya. Rasanya malah semakin menjadi, jangan sampai ia kehilangan akal.

"Kayaknya kita pergi aja deh," ucap Kenna, sesaat setelah Bangchan masuk ke dalam mobil.

"Mau kemana?" tanya Bangchan.

"Gak tau," jawab Kenna.

"Ck, harus jelas dong,"

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang