47

774 262 67
                                    

Bangchan terkejut, melihat Kenna ada di sofa ruang depan, dengan mata terbuka lebar. Ia langsung bangkit duduk, begitu Bangchan membuka pintu.

"Bangun dia ternyata," gumam Minho yang berdiri di samping Bangchan.

"Dari mana malem-malem gini? Itu bahu sama kakinya kenapa? Kenapa gak ke rumah sakit dulu?" oceh Kenna sambil bangkit berdiri dan menghampiri Bangchan.

"Dia kena tembak," ucap Minho, yang sukses membuatnya dapat pelototan.

"Tembak? Kok gak ke rumah sakit? Ke rumah sakit sekarang. Mana bisa diobatin di rumah?"

"Enggak-enggak, saya gak mau ke rumah sakit,"

"Harus! Saya ambil jaket dulu," Kenna lekas pergi ke kamarnya, untuk mengenakan jaket, serta mengambil ponsel dan dompetnya.

"Gak mau!" seru Bangchan dan hendak masuk ke dalam, tapi Minho menggandeng sebelah tangannya untuk menahan.

"Bener apa yang dibilang Kenna, lagian gak akan disuntik kok,"

"Siapa yang takut disuntik?" gertak Bangchan.

"Elu lah,"

"Enggak! Aish!" Bangchan berusaha melepaskan tangannya dari gandengan Minho, tapi tenaganya pun tidak banyak saat ini, "jangan paksa dong! Ck, gue bos lo loh!"

"Bodo amat," decak Minho, "lagian gila lo, di rumah mau diobatin pake apa? Pake cinta gak bisa mencegah infeksi. Jangan ngeyel, malu sama Kenna, ketahuan entar lo takut jarum suntik,"

"Gue gak takut, an-,"

"Wahh, mau ngomong kasar?"

Kenna tak lama kembali, membuat Bangchan dan Minho bungkam, ia kemudian ikut menggandeng tangan Bangchan. Pria itu masih berusaha masuk ke dalam, tapi Kenna mendorong tubuhnya, sambil menutup pintu.

°°°

Bangchan dibawa ke rumah sakit terdengar yang tidak terlalu besar, ia langsung dimasukkan ke UGD, dibantu dengan tiga perawat laki-laki, karena pria itu terus memegangi tangan Kenna, dan tidak mau masuk.

"Pak Christ kenapa bisa takut gitu?" tanya Kenna.

"Dia takut jarum suntik sama infus," jawab Minho.

"Bukannya lebih sakit ditembak dari pada disuntik?"

"Yah, harusnya," gumam Minho, "mana sama dia lukanya udah dikorek, buat ngeluarin pelurunya,"

Kenna seketika meringis, untung akhirnya lekas dibawa ke rumah sakit. Kalau diobati di rumah, bisa-bisa infeksi.

"Ngomong-ngomong kok belum tidur tadi?" tanya Minho.

"Tadi ditelfon, katanya sinyal pelacak pak Christ hilang, dan bener aja dia gak ada di rumah. Mau tidur lagi gak bisa, kepikiran," ujar Kenna.

"Dia masang pelacak ke dirinya sendiri? Wah, ada yang lebih dia percaya dari pada saya ternyata," gumam Minho sambil mengernyit.

"Bukannya anda sudah berkeluarga? Emang bakal sempet ngecek-in keberadaan pak Christ terus-menerus?"

"Yah, enggak sih,"

"Calm down," ucap Kenna sambil tersenyum, yang membuat kerutan di kening Minho hilang.

"Hp pak Christ emang gak aktif, ya?" tanya Kenna.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang