39

762 261 29
                                    

Kenna menatap heran supir yang akan mengantarnya pulang, beda dengan supir yang dari kemarin mengantar-jemputnya. Ditambah mobilnya parkir di luar pekarangan kantor. Biasanya mobil menunggunya di samping pintu keluar kantor.

"Anda siapa, ya?" tanya Kenna.

"Supir sebelumnya dipanggil pak Christ, jadi saya penggantinya," jawab pria bertubuh tinggi dan kurus itu.

Kenna seketika menjauh dari mobil. Kalau memang supirnya diganti, Bangchan pasti akan bilang padanya.

Kenna berbalik badan, sembari mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Bangchan. Ia tahu posisinya tidak aman, jadi ia melangkah untuk kembali ke kantornya.

Namun baru satu langkah, ia berhenti. Pria yang mengaku pengganti supir, melangkah keluar dari mobil. Kenna menyadarinya, namun pura-pura tidak tahu.

Ia kembali melangkah sedikit, pria itu kemudian terasa sudah sangat dekat dengannya, melalui ekor matanya ia melihat sebelah tangan pria itu maju ke depan. Kenna langsung meraih tangannya, kemudian memilinnya, sembari memutar balik tubuhnya ke belakang. Ia lalu menendang bokong pria itu, hingga pria itu tersungkur ke jalanan.

Kenna melepas sepatu tingginya, berniat berlari kembali ke kantor, namun begitu ia berbalik badan, pukulan menghantam wajahnya hingga ia jatuh, dan darah langsung memenuhi mulutnya.

Kenna meringis kesakitan, tapi tetap mencari peluang untuk melawan. Telapak kaki orang yang tadi memukul wajahnya, ada di depannya, ia pun menusuk telapak kaki itu dengan hak sepatunya yang tajam.

Orang itu sontak memekik kesakitan sembari memegangi kakinya. Kenna pun hendak bangkit berdiri, sembari berteriak minta tolong. Namun tak lama kemudian mulutnya dibekap dari belakang, kedua tangannya kemudian dicekal, lalu ditarik agar berdiri. Tubuhnya pun dipaksa masuk ke dalam mobil.

Kenna sudah berusaha memberontak, dengan menendang-nendang, namun kakinya kemudian dipukul menggunakan tongkat bisbol.

Ia menatap penuh harap dua orang penjaga keamanan yang berada di depan kantornya, namun mereka hanya diam saja.

Ponsel Kenna yang terjatuh ke tanah diambil seseorang, ia tertawa kecil, melihat panggilan telfon Kenna tidak diangkat oleh Bangchan. Ia pun mematikan ponsel tersebut, kemudian melemparnya ke pekarangan kantor Kenna.

°°°

Bangchan mengernyit bingung sembari menatap layar ponselnya, ia tadi sedang telfon dengan seseorang, sehingga panggilan telfon Kenna tidak terangkat. Saat ia telfon balik tidak bisa. Telfonnya mati.

Bangchan keluar dari mobil, kemudian mendekati pintu rumah Kenna. Gadis itu belum kunjung pulang.

Ponselnya tak lama kemudian berdering, ada panggilan masuk dari supirnya yang ia perintahkan untuk mengantar-jemput Kenna.

"Halo," ucap Bangchan, saat panggilan telfon ia angkat.

"Ha-halo Pak,"

"Masih di jalan?"

"Sa-saya... Pak, maafin saya, tolong jangan bunuh saya. Saya udah berusaha, Pak. Ta-tapi saya gak bisa ngelawan mereka, pengawal yang Bapak kirim juga... saya gak tau ini... saya gak tau mereka masih hidup atau enggak,"

Bangchan menggertakkan giginya.

"Sial, kalian ini saya bayar buat apa kalau kayak gini?"

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang