50

744 244 64
                                    

Bangchan menuangkan wine kedalam gelas, kemudian meminumnya. Kenna sama sekali belum keluar dari kamarnya, padahal ia seharusnya yang mengurung diri.

Bangchan sebenarnya ingin minum minuman beralkohol dengan kadar lebih tinggi, tapi ia takut melakukan sesuatu yang kelewat batas. Sekarang saja sudah mulai mabuk, padahal hanya wine.

"Apa salahnya ngebunuh orang yang salah? Gue gak akan bunuh keluarga lo, gue gak akan mungkin bunuh lo. Gue bisa ngelindungin lo dan keluarga lo," oceh Bangchan dengan suara pelan, "gue gak akan dipenjara, karena gue gak salah. Gue gak pernah korupsi, justru gue berentiin bisnis ilegal kakek dan bokap gue. Tapi seolah-olah jadi gue yang ngejalanin,"

"Gue orang baik! Sial! Gue mana bisa ngelepas lo! Makanya gak usah baik sama gue!" lama-lama suaranya mengeras.

Bangchan kemudian meletakkan kepalanya di atas meja pantry, dan menatap kosong ke arah counter dapur.

"Gak bisa diomongin lagi?" gumam Bangchan, tidak menyadari Kenna sudah keluar dari kamarnya, dan sedang berjalan ke arahnya, karena mendengar suara teriakan tadi.

"Pikirin lagi dong, masak gak bisa? Gue gak mau nikah sampe mati, lagian siapa yang bisa cinta sama lo selain gue? Gue yang tadinya mau ninggalin duluan aja, bisa mikir ulang,"

Kenna diam, berusaha tidak mengeluarkan suara sedikitpun, sekalipun itu napasnya. Ia meraih gelas wine milik Bangchan yang masih tersisa sedikit, kemudian iseng mencobanya.

'Enak,' batin Kenna, 'ini amer bukan?'

Kenna kemudian beralih melihat Bangchan yang posisinya masih sama. Ia sebenarnya tidak tahu harus melakukan apa.

Bangchan tiba-tiba bergerak-gerak seperti hendak bangun, membuat Kenna sontak berjongkok, agar Bangchan tidak bisa melihatnya. Ia tahu tindakannya bodoh, Bangchan pasti akan mudah menemukannya. Terlebih, ia masih memegang gelas wine.

"Gelasnya mana?" gumam Bangchan.

Kenna merangkak, untuk menuju sisi meja yang lain. Tanpa menyadari tindakannya membuat keberadaannya ketahuan.

Bangchan mengerjapkan matanya, ia bangkit berdiri, dan berjalan perlahan mengikuti Kenna. Saat gadis itu berhenti, dan berbalik badan, merubah posisinya jadi duduk, ia tersentak kaget melihat Bangchan berdiri di depannya. Sampai gelas yang dipegangnya jatuh, dan isinya mengenai bagian depan kaosnya.

"Kamu ngapain?" tanya Bangchan, mata pria itu tampak sangat sayu, dan pipinya memerah.

"Eng-enggak, gak ngapa-ngapain," jawab Kenna gelagapan.

Bangchan berjongkok, mengambil gelas yang tadi jatuh, kemudian beralih melihat kaos polos berwarna mint yang Kenna kenakan, kini terdapat noda merah keunguan yang cukup lebar.

Bangchan mengulurkan tangannya ke arah kaos Kenna yang terdapat noda, membuat Kenna sontak mundur, sambil menyilangkan sebelah tangannya di depan dada.

"Kenapa nyuri wine saya?"

"Gak nyuri, cuman nyicip dikit tadi. Dikittt doang,"

Bangchan meletakkan gelas wine- nya di atas meja, dan tiba-tiba menarik kerah baju Kenna menggunakan kedua tangannya, sampai tubuh Kenna tertarik ke arahnya. Tentu saja itu membuat gadis itu panik.

Bangchan melirik bibir Kenna, ia mencium aroma napas gadis itu sama sepertinya. Kenna sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, saat wajah pria itu semakin mendekat, ia buru-buru menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kanannya.

"Enggak Pak! Enggak! Bapak lagi mabuk!"

"Tapi wine saya ada di bibir kamu,"

"Gak ada, Pak! Ada di meja!"

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang