45

752 246 85
                                    

Bangchan menghela napas, melihat sekitar rumah Kenna yang berantakan. Julia memberitahunya semalam, kalau ada orang-orang aneh di sekitar rumah Kenna, sehingga Kenna terpaksa bermalam di hotel.

Bangchan tahu Julia berbohong, pasti Kenna menginap di rumahnya, tapi karena gadis itu enggan memberitahu dimana rumahnya, jadi ia berbohong. Bangchan pun tidak memaksanya untuk jujur.

Ia duduk di pinggir teras, dengan kedua tangan bertumpu pada kedua pahanya. Kedua tangannya kemudian mengepal.

Kakek dan ayahnya mulai bertindak lebih jauh. Sebenarnya ia tahu dimana keberadaan mereka, dan berniat menunggu sampai mereka lengah, sebelum ambil tindakan. Namun sepertinya ia harus mengubah rencana.

°°°

Bangchan menjemput Kenna di hotel. Gadis itu menunggu sambil sarapan di sana dengan Julia.

Keduanya saling berpandangan sejenak saat bertemu, dan tidak ada yang buka suara. Ada rasa rindu yang tidak bisa mereka jabarkan, setelah beberapa hari tidak bertemu, dan tidak saling menghubungi.

Ditambah Bangchan juga merasa bersalah, sehingga ia takut tindakannya, sekecil apapun itu, bisa menambah luka Kenna.

Julia yang jadi merasa tidak nyaman berada di antara mereka.

"Kondisi mbak Kenna udah membaik, tapi minggu depan masih harus kontrol, sama lepas jahitan di bibirnya," ujar Julia, saat Bangchan baru mengambil tas Kenna.

Bangchan mengangguk mendengar penjelasan Julia, dan hanya bergumam 'iya'.

"Mbak Kenna bakal tinggal sementara sama Bapak dulu kan?" tanya Julia.

"Iya," kembali, Bangchan menjawabnya dengan singkat.

"Sa-saya mau ngambil barang dulu di rumah. Rumah saya udah gak ada orang anehnya kan?" Kenna akhirnya bicara, setelah beberapa saat terdiam.

Bangchan mengangguk, "oke."

Kemudian ia melangkah duluan keluar dari hotel. Kenna melihat Julia yang berdiri di sampingnya.

"Kamu pulang sendiri?" tanya Kenna.

"Nanti Seungmin jemput saya," jawab Julia.

"Ya udah, saya pergi dulu, hati-hati ya,"

"Iya Mbak, Mbak juga hati-hati,"

Kenna tersenyum simpul, sebelum bergegas menyusul Bangchan.

°°°

Kenna terus memperhatikan wajah Bangchan, selama pria itu menyetir. Banyak lebam dan luka, bahkan pelipis kirinya sepertinya dijahit.

"Bapak gak papa?" tanya Kenna.

"Heum? Emang kenapa?" Bangchan balik bertanya.

"Muka Bapak banyak luka, itu pelipisnya dijait?"

"Ohh...," Bangchan mengusap wajahnya pelan, "yah, gitulah,"

"Gara-gara saya, jadi banyak yang susah, Bapak juga jadi luka-luka," ucap Kenna.

Bangchan tertawa kecil, "kok bisa-bisanya kamu nyalahin diri kamu? Sebelum saya jalanin ide dari kamu, saya juga udah mikirin resiko yang bakal saya terima, jadi saya gak kaget, atau ngerasa gimana-gimana. Luka kayak gini juga udah biasa. Semuanya bakal selesai kok. Dari pada seumur hidup saya ngerasa gak hidup,"

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang