29

805 268 57
                                    

Bangchan mendekati Kenna, membuat Kenna sontak beringsut dan menundukkan kepalanya.

"Kamu harusnya gak ngasih harapan ke saya," ucap Bangchan, sembari membungkukkan tubuhnya, dan meletakkan sebelah tangannya di atas sandaran sofa.

Kenna menghela napas, ia kemudian memberanikan diri untuk menatap Bangchan.

"Oke, saya ada salah di sini, tapi Bapak juga main ngegas aja, emangnya saya detik ini udah jalin hubungan sama Julia? Enggakkan? Saya cuman chatting-an sama dia, apa salahnya?"

"Salah, saya gak suka,"

"Bapak gak ada hak buat gak suka, sekalipun Bapak udah lamar saya,"

Bangchan tiba-tiba semakin mendekatkan tubuhnya pada Kenna, hingga membuat Kenna setengah berbaring di sofa.

Saat jarak wajah Kenna dengan Bangchan hampir terhapus, Kenna langsung berteriak dan mendorong Bangchan, hingga pria itu terduduk di sofa.

Kenna bangkit dari sofa, namun Bangchan berhasil menarik tangannya, sampai Kenna kembali duduk di sofa.

"Bapak ngajakin baku hantam?" seru Kenna sembari menggulung lengan bajunya.

Bangchan tetap tenang, meskipun Kenna sudah seperti itu. Gadis itu tak lama kemudian berdiri di atas sofa, hendak menendang Bangchan yang posisinya duduk dengan kedua kaki selonjor di atas sofa.

Tetapi Bangchan tiba-tiba menarik baju bagian depan Kenna menggunakan satu tangan, hingga gadis itu jatuh di atas tubuhnya.

"Akhh! Hidung gue!" pekik Kenna, ujung hidungnya membentur dada Bangchan yang keras.

Bangchan sontak khawatir, ia langsung meraih kedua pipi Kenna agar wajahnya terangkat. Hidung Kenna memerah, dan keluar sedikit darah.

Bangchan melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Kenna, kemudian berguling ke samping, hingga keduanya sama-sama jatuh dari sofa ke karpet, namun Kenna aman di pelukannya.

Bangchan duduk, masih dengan mengungkung Kenna. Ia lalu mengambil tisu, dan membersihkan darah yang keluar dari hidung Kenna.

Kenna yang terlampau kesal dengan sikap aneh Bangchan, mengacungkan jari tengahnya, tepat di depan wajah Bangchan.

Ia pikir Bangchan akan marah, tetapi pria itu hanya diam menatap jarinya, dan tiba-tiba menciumnya, membuat Kenna buru-buru menarik tangannya, dan memelototi Bangchan.

°°°

Kenna mengurut pelipisnya, sembari memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Bangchan benar-benar tidak mengatakan apapun setelah kejadian tadi.

Setelah membersihkan darah yang keluar dari hidungnya, tubuhnya yang sebelumnya berada di pangkuan Bangchan diangkat, hingga posisinya berubah duduk.

Kemudian Bangchan mengambilkan piring dan nasi untuknya.

"Pak," panggil Kenna, yang hanya Bangchan sahuti dengan lirikan.

"Bapak sadar gak? Bapak itu lagi nunjukkin sifat asli Bapak," papar Kenna.

Bangchan seketika menatap Kenna, "Baguskan kalau saya nunjukkin sifat asli saya?"

Kenna tercengang, namun kemudian tanpa sadar mengangguk.

"Jadi harusnya Bapak gak bisa marah dong, kalau saya akhirnya nolak Bapak karena sifat asli Bapak?" ujar Kenna.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang