41

795 267 102
                                    

Bangchan menatap pantulan dirinya di cermin. Pakaian, wajah serta tangannya, penuh dengan darah. Bukan darah miliknya, melainkan darah milik orang lain.

Apa yang ia lakukan tidak menyenangkan sama sekali, tapi itu bisa sedikit meredakan emosinya, membuat perasaannya sedikit puas.

Iya, sedikit. Karena setiap mengingat Kenna yang marah padanya dan hendak pergi, membuatnya kembali merasa marah.

Pikirannya sebenarnya sedikit gelisah. Kalau Kenna tahu apa yang ia lakukan, gadis itu mungkin akan semakin ingin menjauh darinya. Tapi ia benar-benar tidak tahan, ia merasa orang-orang yang sudah menyakiti Kenna, tidak bisa ia biarkan begitu saja, atau diberi hukuman ringan.

Bangchan mencuci tangannya, kemudian membuka semua pakaiannya, sebelum dimasukkan ke keranjang kotor. Sesaat ia termenung melihat keranjang kotornya -atau lebih tepatnya, pakaiannya yang penuh darah-.

Biasanya ia tidak banyak mengambil peran dalam menyiksa orang, karena ia punya anak buah, tapi sekarang ia yang turun tangan sendiri.

Ia juga tidak pernah menyiksa atau menghabisi orang, dengan alasan melindungi seseorang. Ia selalu hanya melakukannya untuk kepentingan bisnis. Ia sadar, jatuh cinta membuatnya jadi sangat berbeda.

"Am I wrong?" gumam Bangchan.

°°°

Felix tercengang melihat cukup banyak orang yang Bangchan sekap. Untungnya belum ada yang dibunuh, meskipun kondisi mereka mengenaskan.

Salah satu dari mereka yang tidak sadarkan diri, tampak bergerak-gerak dan mencoba membuka matanya. Felix pun dengan hati-hati mendekatinya.

"Tolong jangan bunuh saya...," gumamnya, "saya salah...,"

Felix terdiam sejenak, "anda udah melakukan apa?"

"Saya terima bayaran, dan biarin perempuan dipukul dan diculik. Saya salah... saya mengakui, tapi tolong jangan bunuh saya...,"

Felix menggaruk kepalanya. Dilihat dari pakaiannya, pria ini sepertinya penjaga keamanan.

"Saya punya anak, istri. Karena punya mereka, saya jadi gak pikir panjang...,"

"Hah? Kalau anda punya anak, istri, kok malah diem aja dan rela dibayar liat perempuan diperlakukan kayak gitu? Gimana kalau perempuan itu istri anda? Bayaran dari mereka paling cuman recehankan? Karena anda pikir tinggal diem aja, makanya anda terima? Sekarang jadi nyawa taruhannya," Felix tanpa sadar jadi mengomel.

"Haduh... dikiranya orang biasa koneksinya orang biasa juga? Kalau pun orang biasa itu gak punya koneksi, anda gak bisa kayak gitu. Astaga... kelakuan mafia sama orang biasa kok jadi kayak sama aja?" Sambungnya, sembari berkacak pinggang.

Ia benar-benar tidak habis pikir. Ternyata semua orang bisa menjadi buruk dan gelap mata, kalau sudah berhubungan dengan uang.

"Sa-saya salah, saya salah... saya mohon lepasin saya...,"

"Yang bisa bebasin anda bukan saya. Saya ini juga bisa kapan aja dibunuh dia kalau berkhianat," ucap Felix, "tapi..."

Felix sedikit merunduk, untuk melihat wajah pria yang sudah tidak karuan kondisinya.

"Kalau misalnya anda dibebasin, apa anda bakal lapor dan ngomong ke masyarakat, perlakuan yang anda dapatkan di sini, dan siapa pelakunya?"

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang