43

759 259 109
                                    

Kenna tidak pernah punya kriteria khusus untuk pasangan, karena ia tidak pernah berpikir akan ada pria yang mencintainya dengan sepenuh hati, sampai-sampai ingin menikahinya.

Tapi setiap orang, pasti ingin punya pasangan yang baik. Bangchan tidak jahat padanya, ia malah sangat baik. Namun dengan orang lain?

Kenna tersentak kaget, mendengar suara pintu kamar dibuka tutup. Ia menoleh ke sumber suara, dan melihat Bangchan sedang tersenyum padanya, sembari berjalan ke arahnya.

"Kesepian?" tanya Bangchan.

"Enggak kok. Cuman bosen aja, gak ada hp," jawab Kenna.

Bangchan menyerahkan paper bag yang dibawanya pada Kenna. Sontak gadis itu terkejut, dan menatap Bangchan bingung.

"Butuh hp kan? Ya, itu hp baru kamu. Hp lama kamu juga ada disitu, Julia yang nemuin. Tapi udah gak bisa dibenerin deh, pecah parah. Selain kelempar, kayaknya kelindes kendaraan juga. Tapi mungkin sd card-nya masih bisa,"

Kenna masih menatap tidak percaya paper bag dengan logo merk ponsel di bagian depan dan belakangnya itu.

"Ini Bapak berapa belinya? Kredit?" tanya Kenna, "terus kapan belinya?"

"Gak mahal kok, dua belas, jadi cash. Sama Felix tadi belinya, sebelum ke sini," jawab Bangchan.

Kenna langsung memegangi dadanya, sesak mendengar harganya. Ponselnya yang lama harganya hanya dua koma lima juta, itu pun ia butuh waktu panjang untuk berpikir, sebelum membelinya. Akhirnya terpaksa beli, karena ponsel dari ayahnya sudah sangat jadul.

Bukannya tidak mampu, bagi Kenna mengeluarkan uang untuk membeli gawai itu, berat. Mahal, tapi harganya bisa tiba-tiba jatuh, dan teknologi terus berkembang.

"Kok beli yang mahal?" tanya Kenna.

"Enggak, gak mahal, kan tadi saya bilang gak mahal,"

"Dua belas itu mahal tau,"

"Saya mah beli yang dipilihin Felix aja, katanya ini canggih, kalau buat foto bagus. Cewek-cewek katanya paling suka foto-foto kan?" ujar Bangchan dengan tampang polos.

Kenna menarik napasnya, "Bapak sendiri pake hp apa?"

Bangchan merogoh saku celananya, untuk memperlihatkan ponselnya. Ponselnya jauh lebih murah, dibanding ponsel yang ia belikan untuk Kenna.

"Saya pake dua hp, yang satu hp jadul, hp monokrom," ucap Bangchan.

"Kenapa pake hp yang kayak gitu?" tanya Kenna.

"Gak gampang diretas," jawab Bangchan.

"Dua belas itu mahal bagi saya,"

"Yah, ya udah, itu kan bagi kamu. Pake aja, gak usah ngerasa gak enak. Entar sering-sering kirim foto cantik ke saya. Coba dibuka,"

Bangchan kemudian duduk di pinggir ranjang, menunggu Kenna membukanya.

Dengan perasaan berdebar, Kenna mengeluarkan dus berisi ponsel, dari dalam paper bag. Ia kemudian membuka plastik segel, disusul dengan tutup dusnya.

"Warna hitam!" seru Kenna sambil tersenyum sumringah.

"Ahh, suka warna hitam? Tadinya saya udah deg-degan gak akan suka. Kata Felix perempuan paling suka warna lilac, tapi dimata saya, yang hitam yang paling cantik,"

"Saya lebih suka warna hitam, makasih Pak!" Kenna menatap Bangchan dengan raut wajah  senang, membuat Bangchan ikut tersenyum.

Kenna mengambil ponsel barunya dengan hati-hati dari dalam dus. Setelah membuka plastik yang melindungi ponsel, ia menyalakannya.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang